JAKARTA – Perkembangan dunia digital dan internet telah mengubah gaya masyarakat dalam berbelanja. Pengguna internet (netizen) kini semakin terbiasa mencari produk berkualitas dari internet, terutama di media media sosial (medsos).
Dari perkembangan marketing via online atau digital di 2016 ini terdapat 34 merek yang paling dicari oleh netizen. Semua itu merupakan hasil dari penelitian dari Trans N Co Research yang merilis penghargaan Indonesia Digital Popular Brand Award 2016.
Chairman Trans N Co Research Tri Raharjo, menuturkan, digital branding menjadi penting saat ini mengingat pengguna internet Indonesia telah mencapai 100 juta.
Melalui branding lewat komunikasi dalam jaringan (daring), produk tersebut diyakini mampu meraih pangsa pasar besar dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
“Tren melek digital branding jadi fenomena yang harus dilakukan pengelola produk untuk tetap menggaet konsumen lewat media digital atau ineternet. Kali ini, ada sebanyak 34 penerima penghargaan,” ujar Tri Raharjo dalam keterangan pers seperti dilansir JawaPos.com, Minggu (2/10).
Adapun beberapa penerima penghargaan Indonesia Digital Popular Brand Award 2016 diantaranya, Ciputra Development kategori pengembang perumahan.
Sementara itu untuk kategori aki diraih oleh GS Astra; Philips Lighting Indonesia (lampu hemat energi); Acer Indonesia (laptop); serta Pertamina Fastron (oli mobil).
Tri Raharjo menerangkan, Trans N Co Research mengukur popularitas merek digital berdasarkan suara netizen yang memilih suatu produk kepercayaannya.
Lebih jauh dikatakannya, untuk membangun popularitas merek di era digital berdasarkan tiga parameter pendekatan, yaitu search engine based (45 persen), social media based (45 persen) dan website based (10 persen).
Survei Digital Popular Brand dilakukan dengan menggunakan metode internet based dari Mei hingga Juli 2016 dengan jumlah merek yang disurvei sebanyak 1.526 merek dan 230 kategori.
“Untuk melakukan riset, kami melakukan tujuh proses yaitu mapping dan pengelompokan merek, pengumpulan nama website dari media sosial seperti facebook, instagram, dan twitter. Kemudian ketiga extract data dari tiga pihak independen, pemberian nilai berdasarkan pembobotan, final scoring dan quality control, rapat keabsahan nilai, serta pengumuman akhir nilai merek,” tutup Tri Raharjo. (iil/JPG)