JAKARTA – Sebanyak 423.801 siswa madrasah aliyah (MA) mengikuti Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) pada 20-24 Maret 2017.
Direktur Kurikulum, Sekolah, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) M Nur Kholis Setiawan mengatakan, peserta UAMBN MA dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, peserta UAMBN MA tercatat hanya 87.485, lalu 98.792 (2014), 110.052 (2015), dan naik tajam menjadi 372.994 pada 2015.
“Tahun 2017 ini kenaikannya sebanyak 13,62% atau sebanyak 50.807 peserta didik dibanding tahun 2016,” kata Nur Kholis di Jakarta, Senin (20/3), seperti dilansir Kemenag.
Tahun ini merupakan kali pertama penyelenggaraan USBN di madrasah. Meski demikian, Nur Kholis yakin madrasah bisa menyelenggarakannya karena sudah terbiasa dengan penyelenggaraan UAMBN.
“Kalau sebelumnya hanya mata pelajaran agama, tahun ini mapel umum juga diujikan,” ungkapnya.
Mata pelajaran umum yaitu Biologi, Fisika, dan Kimia, Sejarah, dan PPkN untuk peminatan IPA, serta Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi Sejarah, dan PPkN untuk peminatan IPS. Ikut diujikan juga mapel Sastra Indonesia/Bahasa dan Sastra Indonesia, Antropologi, dan Bahasa Asing (Bahasa Arab, Jepang, Jerman, Perancis, dan Mandarin) , Sejarah, dan PPkN untuk siswa MA yang mengikuti peminatan Bahasa dan Budaya.
“Adapun mapel yang diujikan pada kelas peminatan keagamaan mencakup Tafsir, Hadis, Fikih, Sejarah, dan PPkN,” terangnya. Baik UAMBN maupun USBN, lanjut dia, dilakanakan secara tertulis Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP).
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menegaskan bahwa nilai hasil UAMBN dan USBN bukan penentu kelulusan. Menurutnya, kelulusan ditentukan masing-masing satuan pendidikan melalui forum rapat dewan guru, dengan mempertimbangkan kriteria: menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai sikap/prilaku minimal baik, dan lulus UM dan USBN. (M30/mkd/Aas)