CILEGON – Banyaknya parpol yang ramai-ramai menyatakan dukungannya kepada bakal calon incumbent, Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi, dalam Pilkada Kota Cilegon tahun ini dinilai sebagai kegagalan parpol dalam melakukan kaderisasi dan rekrutmen politik.
Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang, Gandung Ismanto, mengatakan, banyaknya partai yang mendukung incumbent dalam pilkada itu merupakan gejala pragmatisme yang semakin akut. “Ini gejala pragmatisme, sehingga parpol lebih mendewakan hasil survei daripada pendidikan politik bagi masyarakat dengan menawarkan antitesa terhadap incumbent,” kata Gandung melalui pesan singkatnya kepada Radarbanten.com, Jumat (10/7/2015).
Dikatakan Gandung, akibat dari hal ini adalah minimnya calon yang muncul sehingga menjadikan kontestasi pilkada tidak lagi menjadi kompetitif dan menarik.
“Dampak yang dilahirkan adalah keringnya diskursus gagasan, meski pilkada akan menjadi lebih simpel. Di samping itu peluang dimunculkannya calon boneka menjadi terbuka bila hegemoni incumbent sangat kuat. Dan dapat melemahkan kapasitas parpol untuk mengajukan calon,” terang Gandung.
“Ketika ada calon non incumbent kuat yang muncul seperti di Jakarta misalnya, dia sudah dipersepsikan sebagai simbol perubahan. Di samping itu dia juga dipersepsikan memiliki kapasitas untuk mengakomodasi ekspektasi publik, sehingga ia menjadi antitesis terhadap incumbent,” sambungnya. (Rahmatullah)