DPR RI menyoroti kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita. Hal itu menyusul melambungnya harga cabai di sejumlah wilayah di Indonesia.
Anggota Komisi VI DPR Abdul Wachid menuding, melambungnya harga tersebut dikarenakan ketidakmampuan Mentan dan Mendag dalam mengelola harga cabai tersebut. ”Mendag gagal soal distribusinya, tapi yang lebih gagal itu Mentan,” kata Abdul saat dihubungi wartawan, Senin (27/2), dilansir JawaPos.com.
Selain itu, kata politisi Partai Gerindra ini, sangat tidak etis ketika harga cabai melambung, namun sang menteri selalu menyalahkan kondisi alam. ”Lho, Mentan harusnya paham dong, kapan saat tanam cabai? Kapan saat panen cabai? Jangan sedikit-sedikit menyalahkan cuaca. Karena hujanlah, karena kemaraulah,” ujar Abdul.
Yang lebih memprihatinkan lagi, kata Abdul, di saat harga cabai melambung, menteri malah menganjurkan masyarakat tanam di rumah. ”Bukan solusi. Pangan dalam hal ini cabai merupakan hak konstitusi yang harus dipenuhi pemerintah. Sudah seharusnya pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakatnya karena itu perintah konstitusi. Masa nyuruh tanam di rumah, jangan lari dari tanggungjawab dong,” ungkap Abdul.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, komoditas cabai tidak begitu diperhatikan secara serius oleh pemerintah saat ini. ”Mentan itu lebih perhatiannya ke beras, gula. Hampir tidak ada kayanya alokasi anggaran untuk cabai. Komoditas cabai ini seperti dianaktirikan sama Mentan,” tandas Abdul.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), per 19 Februari, harga cabai di wilayah Pulau Jawa, Kalimantan, dan sebagian Sumatera masih stabil di harga tinggi.
Di Jakarta harga cabai rawit merah mencapai Rp 145.000 per kilogram, Banten Rp 141.000 per kilogram, Jawa Barat Rp 138.000 per kilogram, serta Jawa Tengah dan Timur Rp 125.000 per kilogram. Sedangkan di Kalimantan Selatan Rp 122.000 per kilogram, Kalimantan Barat Rp 126.000 per kilogram, Kalimantan Tengah Rp 133.000 per kilogram, dan Sumatera Selatan Rp 130.000 per kilogram. (dil/yuz/JPG)