Catur identik dengan olahraga mengasah otak. Permainan ini bisa dilakukan di manapun. Teras rumah, pinggir jalan, maupun tempat lainnya. Namun, di BSD, ada namanya Waroeng Catoer. Tempat berkumpulnya penikmat kopi yang ornamennya dipenuhi dengan catur. Bagaimana ceritanya?
Suasana di Ruko Madrid 2, Serpong, Rabu (13/9) siang sekira pukul 12.00 WIB cukup panas. Lalu lalang kendaraan terlihat jarang. Beberapa orang nampak hilir mudik di rumah toko (ruko) yang berdekatan dengan Tol BSD. Dari sebuah sudut ruko, terlihat ornamen-ornamennya dipenuhi papan catur. Hitam-putih menghiasi ruko berukuran 150 meter persegi tersebut.
Ruko ini berbeda dengan ruko pada umumnya. Dan, saat masuk ke dalam ruko tersebut, beberapa foto pecatur nasional tertata rapi. Seperti grand master Utut Adianto, grand master Irend Kharisma Sukandar. Begitu juga dengan meja-mejanya yang bermotifkan papan catur.
Ya, ruko tersebut memang menjajakan sejumlah minuman dan makanan. Namun, yang membedakan adalah ornamen yang didominasi motif catur.
Maka itu, namanya adalah waroeng catoer. Sang pemilik, Hendro Triyugo, memang terinspirasi catur saat hendak memulai bisnisnya.
Saat ditemui, ia tengah duduk-duduk menikmati sebatang rokok. Asap mengepul dari rokok kreteknya. Ditemani segelas kopi hitam, pria 62 tahun ini terlihat asyik. Dengan ramah, ia menyapa Radar Banten.
Ayah satu anak ini kemudian memulai obrolan seputar bisnis yang sudah ditekuni sejak beberapa tahun terakhir ini. Hobinya bermain catur rupanya diimplementasikan dalam usaha. Ia menilai atlet catur di Indonesia cukup besar. Hanya saja wadah untuk menyalurkan belum maksimal. Banyak pecatur berbakat tidak memiliki ruang. Nah, dengan adanya waroeng catoer, minimal mereka punya tempat.
”Saya selalu bermimpi lewat tempat ini lahir atlet-atlet besar. Minimal bisa setara seperti GM Utut Adianto,” katanya, membuka obrolan.
Pria asli Jogjakarta ini menuturkan, catur bukan hanya sekadar olahraga. Di dalamnya ada kesabaran, kecerdasan, dan strategi. Maka itu, pemain catur itu memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Hanya saja, wadah untuk mengumpulkan pecatur ini belum banyak.
Lewat warung miliknya, ia ingin memulai membudayakan catur. Bukan sekadar olahraga iseng-iseng melepas kepenatan. Tapi bisa melahirkan atlet profesional.
Ia mengatakan, membuka waroeng catoer memang diperuntukan sebagai tempat para pecatur berkumpul. Sayangnya, infrastruktur dan pembinaan belum berjalan dengan maksimal.
Maka itu, bersama beberapa teman-temannya ia melakukan hal kecil. Yakni menyediakan tempat. ”Banyak bakat di tanah air, sayang kurang wadah dan pembinaan memadai,” tukasnya.
Maka itu, paling tidak dengan menyediakan tempat untuk berkumpul orang-orang pemain catur bisa lahir atlet berbakat.
”Orang yang datang ke sini, sambil bermain catur dipersilakan siang atau malam. Dilengkapi dengan menu makanan dan berbagai minuman seperti kopi dan teh,” tambahnya.
Ia memiliki angan-angan, dari membuka waroeng catoer akan banyak digemari masyarakat. Bila berkembang, dirinya berkeinginan membuka sekolah khusus catur.
Selain itu, juga ingin mengubah cara pandang masyarakat. Di mana catur itu kegiatan orang pinggir jalan.
”Kami ingin mengubah itu semua dari pinggiran jalan menjadi olahraga elite. Dalam olahraga, catur melatih banyak hal. Misalnya, teknik bertahan dan sikap pada waktu kalah dan sikap pada waktu menang,” ujarnya.
Dirinya yakin dengan konsep yang ditawarkan, minat akan catur akan semakin tumbuh. Apalagi wadah tempat berkumpul sudah ada. Tinggal bagaimana membudayakan catur, seperti halnya orang suka sepakbola ataupun bulutangkis. Nah, lewat cara yang kecil ini, ia bermimpi ingin melahirkan atlet-atlet besar lewat waroeng catoer. (Firdaus Rahmadi/RBG)