Perhatian Nova Eliza terhadap isu-isu perempuan mengantarnya berbicara di forum internasional. Dia diundang menjadi speaker pada acara peluncuran Blue Book Uni Eropa 2017. Itu adalah laporan kerja sama Indonesia dan negara-negara Uni Eropa dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pemerintahan. Termasuk bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
“Budaya Indonesia yang sangat patriarkis membuat perempuan rentan jadi korban kekerasan. Saya ingin mencegah hal itu lewat Suara Hati Perempuan (SHP),” jelas Nova dalam diskusi panel Breaking Barriers: Together for Women Empowerment di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (16/5).
SHP adalah yayasan pemberdayaan perempuan yang didirikan Nova. Tujuan utamanya mencegah terjadinya kekerasan serta meningkatkan peran perempuan di masyarakat. Salah satu fokus kegiatan SHP adalah mengumpulkan data mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ia bekerja sama dengan Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk mengatasi problem-problem tersebut.
Selain masalah kekerasan, kesejahteraan perempuan tak luput dari perhatian Nova. Dia memaparkan, lapangan dan kesempatan kerja bagi perempuan belum cukup memadai. Bersama SHP, Nova menyuarakan agar perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal karir.
Salah satu daerah yang menjadi subjek pengamatan dan advokasi Nova adalah Aceh, tanah kelahirannya. “Di sana, banyak perempuan yang menjadi korban konflik dan kekerasan. Mereka seolah enggak punya kesempatan untuk bersuara,” katanya. Nova telah mengumpulkan laporan tentang kondisi perempuan di Aceh untuk selanjutnya dicarikan solusi.
Sembari melakukan pengamatan di Aceh, Nova juga memproduksi sebuah film dokumenter. Aktris yang turut bermain dalam Kartini (2017) itu menulis cerita mengenai kondisi para perempuan korban konflik. “Mereka curhat mengenai kesedihan mereka dan perjuangan menghidupi diri di tengah situasi yang tak aman,” tutur Nova. (JPG/RBG)