Tidak mudah mendirikan dan mengelola sekolah yang gratis 100 persen. Apalagi sekolah tersebut ditujukan bagi masyarakat tidak mampu. Tapi, SD Juara Cilegon mampu membuktikan.
KHOIRUL UMAM – CILEGON
Sekarang banyak sekolah swasta bermunculan dengan menawarkan sejumlah program unggulan untuk bisa menarik minat calon siswa dan orangtua calon siswa. Namun, sekolah tersebut mengharuskan para orangtuanya untuk membayar segala kewajiban selama belajar di sekolah.
Berbeda dengan SD Juara yang terletak di Lingkungan Sambirata, Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber. Di sekolah tersebut, seluruh siswa benar-benar gratis alias tidak dipungut uang bayaran. Mulai dari seragam, peralatan belajar seperti buku tulis, pensil, penghapus, tas, dan buku rujukan belajar, semuanya gratis.
Di sekolah tersebut tidak ada sama sekali biaya apa pun. Termasuk biaya bulanan atau yang biasa disebut uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) juga tidak ada.
Meski gratis, berbagai kegiatan unggulan di sekolah ini juga banyak. Sekolah ini menawarkan program unggulan seperti religi dan berbagai kegiatan unggulan lainnya yang mempunyai nilai-nilai umum. Bahkan sekolah ini tidak membolehkan anak didiknya jajan di sekolah. Jika mereka lapar atau ingin makan camilan, harus membawa bekal dari rumah.
Namun begitu, untuk bisa sekolah di SD Juara ini, tidak semua anak bisa mendapatkan. Itu lantaran sekolah tersebut hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi. Selain tidak mampu secara ekonomi, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Seperti harus mendapatkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, orangtuanya tidak punya pekerjaan, dan hal lainnya yang masuk kategori tidak mampu.
SD Juara baru berdiri tiga tahun. Sekolah ini sampai dengan sekarang sudah mempunyai siswa sebanyak 71 orang. Mereka kebanyakan anak-anak buruh cuci, anak-anak tukang ojek, pengemis, bahkan ada juga anak korban perceraian orangtua. “Anak-anak korban perceraian ini rata-rata tinggal sama nenek atau kakeknya yang tidak berpenghasilan sehingga mereka akhirnya daftar ke sini,” kata Kepala SD Juara Cilegon Susanto Santawi kepada Radar Banten, kemarin.
Tidak hanya itu, nama SD Juara ini juga mempunyai filosofi yang sangat dalam. Nama SD Juara ini diambil agar anak-anak yang sekolah di sini benar-benar bisa menjadi seorang juara. Meski mereka secara ekonomi tidak mampu, tapi mereka harus mampu seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya yang mampu. Jadi, nama Juara ini bisa menjadi motivasi bagi anak-anak.
Selain itu, nama Juara ini juga merupakan sebuah singkatan. Huruf J diambil dari kata joyful yang mempunyai arti senang atau suka cita. Anak-anak yang sekolah di sini semuanya harus selalu senang dan bergembira ria. Kemudian ada huruf U yang diambil dari kata universal. Walaupun anak-anak harus kreatif, tapi sekolah ini mengajarkan nilai-nilai universal. Hal itu penting agar anak-anak atau sekolah ini bisa diterima di mana saja.
Setelah huruf J dan U, kemudian ada huruf A. Huruf A ini diartikan sebagai amazing yang berarti sekolah ini harus mempunyai sesuatu yang dahsyat atau yang membuat orang terperangah ketika mengetahui sekolah ini. Lalu ada huruf R yang berarti religi atau agama. Sekolah ini menanamkan pendidikan agama dari sejak dini. Mulai dari berdoa, salat, sampai hafalan Alquran, semua diperkenalkan di sini. Dan terakhir, huruf A. Untuk huruf A yang terakhir ini adalah achievement yang mempunyai arti prestasi.
Tidak hanya memberikan pendidikan kepada anak-anaknya saja. Sekolah ini juga memberikan pemberdayaan kepada para orangtuanya melalui kegiatan pemberdayaan. Baik itu kegiatan pencerahan untuk mengubah mindset orangtua, dari tidak mampu berubah menjadi mampu. “Karena itu, ada orangtua siswa yang tadinya pengemis, kita pinjamkan motor untuk ngojek agar tidak mengemis lagi. Jadi, kita tidak hanya mendidik anaknya, tapi kita juga berupaya untuk melakukan pemberdayaan kepada orangtunya,” kata Syahidan Gayo dari Manajemen Sekolah Rumah Zakat pusat yang menaungi SD Juara.
Menurutnya, karena anak-anak ini dibiayai dari dana zakat para donatur atau muzakki maka para orangtuanya juga harus bertransformasi dari tidak mampu menjadi mampu. Jangan sampai nanti setelah lulus sekolah, kondisi ekonomi orangtuanya masih dalam keadaan tidak mampu. Karena yang namanya zakat itu harus memberdayakan dan bukan meninabobokan.
Lebih lanjut, katanya, jika dalam perkembangannya sebelum lulus sekolah nanti ada orangtua dari anak didik SD Juara sudah berubah dari tidak mampu menjadi mampu maka orangtuanya ikut berdonasi ke sekolah ini melalui Rumah Zakat. “Tapi, anaknya tetap bersekolah di sini meski orangtuanya sudah mampu. Kalau tadinya status anaknya tidak mampu, nanti ketika sudah mampu maka statusnya berubah menjadi fisabilillah. Jadi, tetap bersekolah di sini. Jika memungkinkan nanti kita bangun SMP Juara juga,” katanya. (*)