SETU – ”Tangsel dalam kondisi siaga virus flu burung,” kata Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany ditemani Kapolres Tangsel AKBP Fadli Widyanto, Plt Dinkes Tangsel Suhara Manulang kepada wartawan di Gedung Graha Widya Bhakti, Puspiptek, Setu, Selasa (19/9).
Pernyataan itu disampaikan Airin menyusul sejumlah warga dan tempat teridentifikasi telah terinfeksi virus flu burung. Di antaranya, di kawasan perumahan Puspiptek, Pasar Modern BSD, Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, Puspiptek dan Puskesmas Setu. Di lokasi tersebut, sudah diisolasi. Tak boleh dikunjungi sembarang orang tanpa pelindung.
Demikian gambaran simulasi Episenter Pandemi Influenza di Kota Tangsel yang dilaksanakan World Heathy Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan di kawasan Puspiptek, kemarin.
Dalam simulasi tersebut digambarkan, seorang warga yang hobi main burung. Dia berprofesi sebagai pedagang ayam potong di Pasar Modern BSD. Ternyata, burungnya terinfeksi virus flu burung. Virus itu langsung menyebar ke sejumlah ayam potong.
Ayam yang terinfeksi dijual ke Pasar Modern BSD City. Kemudian dibeli oleh sejumlah warga. Sehingga warga yang mengonsumsinya ikut terinfeksi virus flu burung ini.
Selanjutnya, warga yang terindentifikasi diperiksa di Puskesmas Setu. Dari sana dirujuk ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang memberikan fasilitas karantina bagi penderita virus H5N1. Jumlah warga yang terindentifikasi terus bertambah sehingga rumah sakit tidak bisa lagi menampung.
Pemkot Tangsel kemudian membuka tempat penampungan di sekitar Puspiptek sebagai tempat karantina. Sekeliling rumah penderita flu burung sejauh 15 meter dipasang pagar kawat. Di pintu masuk dijaga dua tentara dan polisi.
”Kita mengarantina sejumlah tempat tersebut. Jadi tidak boleh ada aktivitas dalam bentuk apapun. Sejumlah warga yang teridentifikasi sudah dikarantina di tempat penampungan. Yang letaknya di Puspiptek Kota Tangsel,” ujar Airin.
Menurut Airin dalam bencana nonalam ini seluruh aparat keamanan dan kesehatan diterjunkan. Seperti Polres, Marinir, Dinas Kesehatan serta Rumah Sakit Umum. Seolah nyata, Puspiptek disulap seperti barak perang. Untuk menghalau sembarang orang masuk pagar besi dipasang di sekitar rumah sakit.
Perlakukan ketat karantina juga diberlakukan di Pasar Modern BSD. Para pedagang harus tutup lebih awal demi keberlangsungan simulasi ini. Pengunjung dilarang masuk, seolah tempat ini benar-benar terinfeksi virus flu burung.
Menurut Airin, simulasi ini dihadiri delegasi mewakili tujuh unsur organisasi dunia. Di antaranya Food and Agriculture Organization of The United Nation, United Nation Development Programe, United Nationns Office The Coodination of Humanitarian Affairs, World Health Organization United Nations, dan lainnya.
Persiapan simulasi ini, kata Airin, sudah dimulai sejak sebulan lalu. ”Kita lakukan uji coba pada beberapa tempat untuk pengambilan gambar agar situasinya menyerupai keadaan Tangsel terkena bencana nonalam dalam bentuk virus flu burung ini,” kata Airin.
Airin menjelaskan, ada beberapa adegan yang ditampilkan, yaitu lokasi jual beli unggas yakni di Pasar Modern BSD, tempat pemeriksaan pasien flu burung di puskesmas, juga rumah warga dan lainnya.
”Jadi ceritanya Tangsel ini terserang wabah penyakit flu burung. Sejumlah warganya menjadi pasien. Sehingga ada satu tempat penampungan bagi penderita flu burung. Kita dekorasi Puspiptek sebagai tempat penampungan, jadi ada rumah sakit lapangan, dengan pengamanan ketat dari pihak kepolisian dan TNI,” kata Airin.
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy yang juga hadir mengatakan, Banten menduduki tiga besar dalam sejarah penyakit flu burung terbesar se-Indonesia.
”Dari 34 kasus itu di Tangerang Raya sendiri ada 31 yang meninggal, dan semuanya ada di Tangerang. Jadi dengan simulasi ini, diharapkan seluruh instansi bisa belajar agar cepat tanggap dalam mengatasi bencana nonalam ini,” ujarnya.
Sementara itu Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, Tangsel dipilih sebagai tempat yang strategis untuk melakukan simulasi ini. Dari keadaan geografisnya yang berbatasan dengan beberapa kota kemudian riwayatnya yang pernah menangani wabah ini membuat Tangsel dijadikan tuan rumah.
Katanya Tangsel merupakan tempat ketiga yang menjadi tuan rumah simulasi ini setelah Jembrana di Bali dan Makassar di Sulawesi Selatan beberapa tahun yang lalu.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Wiendra Waworuntu mengatakan, simulasi ini diselenggarakan dua hari dan melibatkan 643 personel yang datang dari tujuh negara.
”Kita melakukan ini merupakan suatu bentuk upaya dalam menghadapi bahaya pandemik,” kata Wiendra.
Menurutnya tahap demi tahap sudah dilakukan dan diupayakan tidak ada proses yang terlewatkan. ”Fasilitas yang kita dapatkan merupakan kerja sama antara Kemenkes dan WHO,” pungkasnya. (mg-04/asp/sub)