SERANG – Wabah infeksi bakteri yang menyerang selaput pada hidung dan tenggorokan atau dikenal dengan nama difteri mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten mengusulkan kepada Gubernur Banten untuk menetapkan wabah difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Berdasarkan data dari Dinkes Banten, dalam tiga bulan terakhir hingga 7 Desember 2017, ada 68 kasus dengan jumlah kematian 8 kasus. Wabah difteri tersebar di Kabupaten Tangerang 25 kasus, Kabupaten Serang 12 kasus, Kota Tangerang 8 kasus, Kabupaten Pandeglang 7 kasus, Kota Serang 8 kasus, Kota Tangerang Selatan 4 kasus, Kabupaten Lebak 3 kasus, dan Kota Cilegon 1 kasus. Sedangkan, untuk kasus yang meninggal di Kabupaten Tangerang 4 orang, Kabupaten Serang 2 orang, Lebak 1 orang, dan Kota Serang 1 orang.
Kepala Seksi Surveillence Imunisasi dan Krisis Kesehatan Dinkes Provinsi Banten Rostina mengatakan, wabah difteri ini terus mengalami perubahan setiap waktu karena mudah menular. “Data yang dihimpun hingga hari ini (kemarin-red), terdapat 68 kasus difteri yang terjadi di Banten,” ujarnya, Kamis (7/12).
Perempuan yang akrab disapa Una ini mengatakan, penanganan belum maksimal karena kelangkaan anti difteri serum. “Masalahnya anti difteri serum itu langka, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia. Jadi kematian lumayan tinggi,” katanya.
“Di Banten sampai saat ini (kemarin-red) ada 8 orang. Penanganannya saat ini pasien dirawat di ruang isolasi, tak boleh disatukan dengan pasien lain karena ini penyakit menular dan penyakit mematikan,” tambahnya.
Ia mengatakan, berdasarkan investigasi yang dilakukannya, mewabahnya difteri karena banyak pasien yang tidak mendapat vaksin sejak balita. Menurutnya, hal itu terjadi karena banyak penolakan terhadap vaksin tersebut. “Karena cakupan imunisasinya bolong-bolong, banyak yang menolak terjadilah seperti ini. Sebenarnya vaksin untuk difteri ini waktu masih bayi,” katanya.
Kepala Dinkes Banten Sigit Wardojo mengatakan, sudah melaporkan kasus difteri ke pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan. Selain itu, pihaknya juga melakukan penanganan melalui imunisasi. “Anak-anak langsung kita imunisasi yang ada di sekitar temuan,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinkes Kabupaten Serang Sri Nurhayati mengatakan, sejak Januari hingga November 2017, ada 12 kasus difteri di Kabupaten Serang. Sembilan kasus di antaranya sudah selesai ditangani, dua kasus meninggal dunia, dan satu masih dilakukan perawatan. “Ada yang leftnya positif. Tidak seperti tahun kemarin hanya tiga kasus yang leftnya negatif,” katanya kepada Radar Banten melalui sambungan telepon seluler, Kamis (7/12).
Dikatakan Sri, 12 kasus itu terjadi di tujuh kecamatan. Yakni, Kecamatan Cikande, Kragilan, Jawilan, Padarincang, Baros, Lebakwangi, dan Ciruas. Sri juga mengaku sudah dipanggil oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Kemenkes RI bersama sebelas kabupaten kota lainnya di Jakarta dan Jawa Barat. (Fauzan D-Rozak/RBG)