CILEGON – Pada 2018 angka kematian bayi (AKB) di Banten mencapai
1.147 orang dan angka kematian ibu (AKI) mencapai 243 orang.
Kasus AKB paling banyak terjadi di Kabupaten Lebak dengan jumlah 326 kasus. Kemudian, Tangerang 247 kasus, Kabupaten Serang 205 kasus, Pandeglang 182 kasus, Cilegon 65 kasus, Tangerang Selatan 60 kasus, Kota Tangerang 49 kasus, dan Kota Serang 13 kasus.
Sedangkan untuk AKI 2018, Kabupaten Serang menjadi daerah yang paling
banyak ditemukan kasus dengan 61 kasus. Kemudian, disusul Kabupaten
Lebak 46 kasus, Tangerang 43 Kasus, Pandeglang 40 kasus, Kota Serang
20 kasus, Cilegon 14 kasus, Tangsel 13 kasus dan Kota Tangerang 6
kasus.
Hal tersebut diungkapkan Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten M Yusuf saat pertemuan organisasi masyarakat sipil yang diselenggarakan United States Agency for International Depelopment (USAID), di The Royale Krakatau Hotel, Kamis (21/2). Pria yang akrab disapa Yusuf itu mengaku, AKI/AKB di Banten pada tahun 2018 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2017.
Ia mengaku penurunan terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat
pentingnya menerapkan hidup sehat terus meningkat. “2017 ke 2018
jumlah AKI AKB turun. Yang jelas kasusnya turun,” ujarnya.
Kata dia, pada kasus AKB, 356 terjadi pada bayi baru lahir, 260 bayi
tidak dapat bernafas secara spontan (Asfiksia), 97 kasus tetanus, 39
sepsis, dan sisanya lain-lain. Sementara untuk kasus AKI disebabkan
kelainan syaraf, malaria, kelainan saluran cerna, diare, tetanus, dan
pneumonia. “Semuanya dimulai dari perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan ekonomi. Itulah yang menyebabkan pemerintah intervensi di bidang kesehatan,” katanya (Fauzan Dardiri/Aas)