Pasangan yang sama-sama telah memasuki usia senja terkadang
tidak lagi bisa intim karena dihalangi oleh gangguan kesehatan yang sudah
menggorogoti tubuh mereka.
Namun jika keduanya masih mencoba tetap bercinta, maka ini
akan memberi dampak positif pada kesehatan dan kebahagiaan mereka.
Peneliti juga mengatakan penyakit yang menyerang pasangan
lansia biasanya dikaitkan dengan menurunnya kualitas pernikahan mereka.
Akan tetapi setelah dianalisis kembali, mereka menemukan
fakta bahwa kunci untuk mempertahankannya hanyalah keintiman seksual.
“Tampaknya penting untuk tetap mempertahankan koneksi
seksual untuk melindungi kualitas pernikahan, terutama dalam menghadapi
masa-masa sulit seperti ketika terserang penyakit penuaan. Sebaliknya, kurang
seks akan membuat keadaan makin buruk,” kata peneliti Adena Galinsky,
seperti dikutip dari Foxnews, Senin (10/3).
Kesimpulan itu diperoleh Galinsky setelah mengamati 1.464
individu berusia antara 65-74 tahun. Sebagian besar berkulit putih dan telah
menikah selama 40 tahun lebih.
Rata-rata partisipan hanya melakukan satu aktivitas seksual
dengan pasangannya setiap bulannya. Namun jika frekuensi seksnya bertambah,
maka kualitas hubungan mereka juga akan meningkat. Ini artinya frekuensi
seksual berkaitan erat dengan kualitas hubungan pasangan yang telah beranjak
lansia.
Setiap partisipan juga ditanya tentang aspek-aspek tertentu
dalam pernikahan yang mereka anggap positif maupun negatif. Misalnya ‘kepuasan
emosional’ dikaitkan dengan aspek positif dalam hubungan, akan tetapi sebagian
besar partisipan pria dan wanita mengkategorikan kritik pasangan sebagai aspek
negatif.
Namun secara keseluruhan hanya para suami yang banyak
menunjukkan aspek positif dalam pernikahan mereka ketimbang para istri.
Selain keintiman seksual, peneliti juga memastikan hasil
studi sebelumnya bahwa kondisi kesehatan yang lebih baik erat kaitannya dengan
peningkatan kualitas pernikahan. (fny/jpnn)