CILEGON – Kisruh yang terjadi di Musyawarah Kota (Muskot) IV
Kadin Cilegon belum tuntas. Tingginya minat dari ketiga kandidat untuk
menduduki kursi Ketua Kadin Cilegon dinilai oleh kalangan pengusaha dipicu oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah kepentingan ekonomi.
Hal itu diungkapkan Hendra Gunawan, salah seorang anggota
Kadin Cilegon. “Dari sisi motif ekonomi, dengan menjadi Ketua Kadin maka
sektor industri, mulai urusan proyek pengadaan, limbah industri, tenaga kerja
hingga transportasi dapat dikuasai. Hal ini sangat logis, mengingat potensi
industri di Cilegon sangat besar,” ujar Direktur PT Rancang Bangun Kreasi
(RBK) ini, Selasa (6/5/2014).
Selain industri yang sudah berjalan, berdasarkan data yang
dihimpun radarbanten.com dari Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
(BPTPM) Kota Cilegon, hingga tahun 2013 tercatat sekira Rp82,32 triliun yang
berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Parahnya, imbuh Hendra, monopoli kekuasaan usaha itu sudah terpola di
Cilegon sejak lama. “Jadi, siapapun yang menguasai Kadin, berarti punya
alat untuk menekan industri agar memberikan share project, apakah itu
pengadaan, limbah industri, tenaga kerja hingga transportasi sebagai kompensasi
kondusifitas usaha industri tersebut dan mengatasnamakan pemberdayaan pengusaha
lokal,” jelasnya.
Lebih jauh, dirinya juga memandang bahwa Kadin Cilegon
selama ini sarat dengan kepentingan politik. “Ini bukan rahasia umum lagi.
Malah, dua organisasi profesi pengusaha Kadin dan Gapensi (Gabungan Pelaksana
Konstruksi Nasional Indonesia-red) di Cilegon itu dikuasai oleh kubu penguasa
dan rival penguasa. Kedua kubu ini selalu berbeda pandangan karena berbeda
kepentingan politik dalam konteks pertarungan kekuasaan. Walaupun semu dan
pasti dibantah,” tegasnya.
Dari dua kepentingan itu, jelasnya, sangatlah wajar bila ia
menilai dari tiga kandidat Ketua Kadin Cilegon saat ini tidak memikirkan
bagaimana mengembangkan Kadin sebagai wadah pengembangan usaha dan kemampuan
usaha anggotanya. “Saat ini yang terlihat pertarungannya lebih banyak
pertarungan kekuatan, bukan pertarungan konsep seperti seharusnya
pengusaha,” tandasnya. (Devi Krisna)