CIWANDAN – Fakta lain terungkap dalam pembebasan lahan pemukiman warga di Lingkungan Pasir Sere dan Serenge, Kelurahan Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon. Dari sekira 200 kepala keluarga yang telah dibebaskan, belakangan diketahui masih terdapat enam kepala keluarga dengan 37 jiwa didalamnya yang masih bertahan di rumahnya di Lingkungan Pasir Sere.
Pantauan radarbanten.com di lokasi, enam rumah itu tampak berada di atas lahan perbukitan, karena lahan disekitarnya sudah menjadi jurang akibat adanya aktivitas pematangan lahan oleh PT Pancapuri Indoperkasa, pengelola kawasan yang akan dibangun PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), pabrik karet sintetis patungan antara PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) dan Michelin.
Saniran (55), salah seorang warga tersebut mengaku memilih bertahan lantaran belum adanya penyelesaian antara dirinya dengan PT Pancapuri Indoperkasa. “Awalnya belum ada kesepakatan. Terus, tiba-tiba pihak perusahaan (PT Pancapuri Indoperkasa) datang ke rumah saya menawarkan umroh sama mau ngasih dua mobil untuk gantian lahan, saya tolak,” kata Saniran saat disambangi di rumahnya, Kamis (7/5/2015).
Setelah kejadian itu, kata dia, dirinya difasilitasi Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi untuk pembebasan lahannya. Namun, lagi-lagi hal itu tidak membuahkan kesepakatan. “Tadinya saya ajukan Rp2,5 juta per meter untuk lahan. Itu tidak termasuk bangunan dan kompensasi. Setelah pertemuan itu, saya malah didatangi oleh perusahaan lagi sambil nunjukin foto rumah saya yang menurut mereka tidak pantas dihargai segitu. Saya tersinggung, akhirnya malah saya naikkan menjadi Rp5 juta per meter,” katanya.
Hudari, Ketua Panitia Pembebasan Lahan, membenarkan keberadaan warga yang masih bertahan dilokasi itu. Dirinya bahkan mengaku tidak dapat berbuat banyak atas tingginya tuntutan pembebasan lahan sekira 8 ribu meter persegi itu. “Saya juga bingung (membebaskan), karena mereka juga sebenarnya saudara saya sendiri,” katanya. (Devi Krisna)