Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)
Kemeriahan hari kemerdekaan itu tampak memberikan gairah kebersamaan bagi para penyandang disabilitas. Rentetan perlombaan khas peringatan hari kemerdekaan pun mewarnai semarak meriahnya acara itu. Mulai dari perlombaan balap karung, lomba makan kerupuk, gebuk bantal, tarik tambang, hingga panjat pinang pun terlaksana sangat meriah.
Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Cecep Sutriaman, mengatakan untuk perlombaan itu sebenarnya dimulai sekitar 2 minggu sebelum peringatan tujuh belasan berlangsung. “Kita tanggal 3 Agustus sudah mengadakan perlombaan seperti bola, voli, catur dan lain-lain. Ini tujuannya cuma memeriahkan saja,” kata Cecep usai memimpin upacara peringatan hari kemerdekaan RI, di halaman PSBN Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin.
Menurut Cecep, acara itu merupakan suatu bentuk partisipasi para penyandang disabilitas guna memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-70. “Intinya anak-anak juga bisa ikut merasakan perayaan ini,” ujarnya.
Momen 17-an, kata dia, memang rutin dilakukan PSBN Wyata Guna setiap tahunnya. “Kita juga ingin membuat anak-anak lebih bergairah dan bisa menghargai bangsa ini,” ucapnya.
Uniknya, lanjur Cecep, diadakannya perlombaan panjat pinang khusus tuna netra. Menurut dia, hal yang menyebabkan menarik panjat pinang itu karena peserta yang mengikuti lomba panjat pinang tidak mengetahui hadiah apa yang akan diraihnya. “Jadi motivasinya pun bukan semata-nata hadiah, tapi tujuannya bersamaan dan memeriahkan saja,” ujar dia.
Salah satu peserta, Agus Prasetyo (21) merasa senang menjadi bagian dari terselenggaranya acara itu. Keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang bagi Agus untuk memeriahkan peringatan itu. “Sebagai warga Indonesia harus mengisi dengan hal yang positif, di hari kemerdekaan ini harus banyak berbahagia. Caranya dengan selalu ingat akan tekad dan perjuangan pendahulu kita,” katanya.
Peringatan ini, dijadikan Agus sebagai momen agar pemerintah bisa lebih ingat dan peduli akan nasib para pengandang disabilitas. “Harapan saya ke depan pemerintah lebih memperhatikan kami, seperti dari aksesibilitas di kota Bandung yang masih minim bagi kami,” ujar dia. (to/rbc)