CIJAKU – Para petani karet tradisional di wilayah Lebak Selatan (Baksel) mengeluhkan anjloknya harga getah karet hingga mencapai Rp4.000 per kilogram atau sekira 60 persen dari harga sebelumnya, yakni Rp10 ribu per kilogram. Anjloknya harga karet membuat para petani karet banyak yang menelantarkan kebun karetnya, karena tidak sesuai dengan biaya operasional alias merugi. Bahkan, sebagian para petani karet nekat menebangi dan mengganti dengan tanaman produktif yang lain untuk menutupi kebutuhan hidup.
Uci Satibi salah seorang petani karet asal Desa Kandang Sapi, Kecamatan Cijaku, sudah hampir satu tahun harga karet anjlok mecapai Rp4.000 ribu per kilogram. “Ya, sudah satu tahun harga karet anjlok hingga 60 persen. Terus terang para petani dibuat sengsara dengan anjloknya harga ini,” kata Satibi kepada Radar Banten, kemarin.
Oleh karenanya, ia mendesak agar pemerintah segera mengatasi anjloknya harga karet ini agar harganya kembali stabil. Lantaran anjloknya harga, para petani karet sengsara dan putus asa sehingga banyak yang menelantarkan kebun dan menebangi pohon karetnya. “Buat apa tanam karet kalau tidak menghasilkan atau malah merugikan? Lebih baik menanam tanaman yang lain, yang lebih produktif,” ujarnya.
Keluhan anjloknya harga karet juga dirasakan para petani di Kecamatan Malingping seperti yang dialami petani karet asal Desa Kadu Jajar Utom Bustomi. Ia mengungkapkan, anjloknya harga telah mengurangi harapan hidup petani karet. Utom tak menampik bahwa banyak petani karet yang kini lebih memilih menanam tanaman lain yang lebih produktif ketimbang pohon karet. “Pohon karet saya sudah saya tebangi karena sudah tidak menguntungkan lantaran harganya anjlok. Percuma kita pertahankan karena biaya operasional tidak sebanding dengan harga jual,” paparnya.
Ia menuding, anjloknya harga diduga adanya permainan spekulan yang mempermainkan harga sehingga membuat harga beli karet di petani ditekan menjadi sangat murah. Ia mendesak, pemerintah segera mengendalikan harga karet agar para petani karet kembali bergairah untuk kembali memproduksi tanaman karet. “Pemerintah harus turun tangan dalam melakukan stabilitas harga agar kawasan Baksel sebagai pemasok bahan baku karet bisa tetap dipertahankan,” tandasnya. (RB/duy/sr/dwi)