MENTERI Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, kota kreatif harus memiliki inkubator start up company, tempat anak-anak muda mengembangkan ide, mengasah kreativitas, dan membangun usaha baru.
“Di inkubator generasi muda dibina, dipersiapkan untuk berani bersaing dengan nilai kreatif-nya, sebelum produk yang dihasilkan dilepas ke pasar,” kata Menpar Arief Yahya di Jakarta.
Pernyataan ini disampaikan pada konferensi Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) di Malang, yang dimulai 30 Maret lalu dan berakhir 5 April.
Saat ini terdapat 60 kota yang didesain sebagai kota kreatif, dengan Solo, Denpasar, Bandung, Jogja dan Pekalongan, sebagai inisiator.
Solo menjadi tuan rumah pertama ICCC tahun 2015. Di Malang, konferensi ICCC berbarengan dengan perayaan hari ulang tahun kota.
Menurut Arief Yahya, yang punya pengalaman membina anak-anak muda berbinis dengan basis digital, modal semangat saja tidak cukup. Akibatnya, yang sukses sebagai pebisnis industri kreatif digital hanya lima persen, dan lainnya gagal total.
“Pertanyaannya, bagaimana membalik agar 95 persen berhasil, dan hanya lima persen gagal total,” kata Menpar. “Caranya, semua tahapan creativity to commerce (C-2-C) harus dijalankan langkah demi langkah,” ujarnya.
Menurutnya, harus ada pengujian apakah produk start up dibutuhkan pasar atau tidak. Validasi pasar harus dilakukan di setiap level. Jika tidak dibutuhkan pasar, lanjut Menpar, hentikan sebelum naik ke level berikut.
Arief Yahya juga mengingatkan industri kreatif bukan hanya start up berbasis digital. Industri kreatif juga berlaku di bidang lain.
“Apa pun bidangnya, start up juga membutuhkan endorser,” kata Menpar. (Kemenpar RI)