SERANG – Banyak pihak di luar Banten menilai bahwa di Kota Serang banyak warung-warung makan kecil yang buka pada pagi dan siang hari. Apalagi semenjak ada kejadian penyitaan makanan yang dialami oleh warteg milik Saeni, yang dirazia petugas Satpol PP Kota Serang beberapa hari yang lalu.
Akibat kejadian tersebut publik menilai bahwa warung-warung makan di Kota Serang tak mematuhi aturan yang dibuat oleh Pemerintah Kota (Pemkot). Padahal, banyak warung lainnya yang juga masih mentaati peraturan Pemkot Serang. Seperti warung makan yang ada di sekitar Bundaran Ciceri, Kebon Jahe, dan Sempu serta masih banyak lokasi lain yang mematuhi aturan Perda Nomor 2 Tahun 2010.
Pantauan Radar Banten Online, warung-warung di lokasi tersebut terlihat tutup dan taat sesuai imbauan Pemkot Serang. Bahkan dari sejumlah warung makan di lokasi tersebut tak tertempel surat edaran pemerintah. Dalam imbauan tersebut, diwajibkan pada pukul 04.30 – 16.00 WIB warung makan tutup selama bulan Ramadan. Hal itu dilakukan guna menghormati kesucian dan kesempurnaan ibadah pada bulan Ramadan di Kota Serang.
Ahmad Subeki, pemilik Warteg 99 ini menilai, ia tak risau meskipun Pemkot Serang melarang berjualan pada pagi dan siang hari. Alasannya, ia mengaku menghargai dan menjaga kesucian bulan Ramadan. Terlebih, ia mengatakan, masyarakat di Kota Serang mayoritas penduduknya muslim. Jadi hal itulah yang menjadi dasar Ahmad menutup warung pada pagi dan siang hari.
Meskipun tak ditempel surat edaran dari Pemkot Serang tentang imbauan untuk melarang warung buka pada pagi dan siang hari, ia tak khawatir mengalami kerugian. “Saya tak khawatir dan santai saja, karena rezeki itu sudah ada yang ngatur mas. Jadi walaupun buka pada sore hari juga warung milik saya tetap stabil,” ujarnya.
Pria asal Brebes, Jawa Tengah ini menceritakan, pendapatan dia selama bulan Ramadan tetap stabil dan normal. Bahkan ia mengaku warung miliknya semakin ramai pada sepekan Ramadan ini. “Pendapatan dari hasil jualan makanan di bulan Ramadan tetap normal. Tak begitu berpengaruh. Meskipun buka pada sore hari,” ucapnya.
Sebab, lanjut Ahmad, warung miliknya punya pelanggan sendiri yang masih membeli makan dan minum di warungnya. “Jadi kami enggak khawatir mengalami kerugian. Atau apapun,” tambahnya.
“Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana saya bisa menghormati dan menghargai para umat muslim yang berpuasa di bulan Ramadan. Sebab saya harus menghargai dan menjaga kesucian di bulan Ramadan dengan cara masing-masing. Kalau saya kan jelas salah satunya menutup warung makan. Agar tak mengganggu masyarakat di sekitar sini,” pungkasnya. (AdeF)