CILEGON- Jumlah warga Cilegon yang mengalami gangguan jiwa hingga akhir Agustus 2016 terbilang tinggi. Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cilegon mencatat, warga yang mengalami gangguan jiwa di Cilegon mencapai 403 jiwa.
Kepala Dinsos Cilegon Abadiyah memperkirakan, jumlah tersebut akan terus bertambah lantaran ada yang belum terdata. “Kami sering merazia orang gila, tapi ketika sudah habis terkadang ada lagi yang baru, seperti ada yang mengirim,” katanya kepada Radar Banten saat ditemui di kantor Dinsos Cilegon, Jumat (30/9)
Abadiyah mengaku, tidak mengetahui persis penyebab ratusan warga mengalami gangguan jiwa karena faktor apa. Namun, ada sekira dua penyebab gangguan jiwa di Cilegon, yakni lantaran faktor ekonomi dan putus cinta. “Dari jumlahnya yang lebih banyak adalah laki-laki,” katanya.
Abadiyah mengungkapakan, untuk penanganannya, Dinsos membawa warga dengan gangguan jiwa itu ke Yayasan Nurur Rohman, Sawahluhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. “Mereka kami bawa ke sana untuk mendapatkan penanganan di yayasan itu, beberapa di antaranya ada yang sembuh, tapi ada juga yang tidak ada perubahan,” ungkapnya.
Kata Abadiyah, pihaknya menganggarakan Rp150 juta untuk penanganan warga dengan gangguan jiwa tersebut. Anggaran itu terdiri atas Rp100 juta dari APBD reguler dan Rp50 juta dari anggaran perubahan. “Jadi, kami mesti membayar Rp3 juta per orang per bulan kepada yayasan untuk menangani mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan Personel Satpol PP Kota Cilegon Adang Wahyudin mengatakan, ia sering melakukan operasi warga dengan gangguan jiwa di Cilegon. Namun, jumlahnya sering kali tidak menentu. “Kadang banyak, tapi kadang juga tidak ada sama sekali. Kalau lagi banyak, sepertinya sih ada yang membuang lewat tol atau kereta, barulah mereka masuk ke wilayah kota,” jelasnya.
Adang mengurai, ia juga sering kali mendapat laporan dari warga prihal adaya orang gila yang menganggu ketenteraman pemilik toko atau pun warga biasa. “Kalau mendapat laporan, kami juga langsung turun untuk menertibkannya,” ungkapnya. (Khairul Alwan)