MEMILIKI suami ganteng memang menjadi kebanggaan tersendiri bagi sebagian besar kaum hawa. Terlebih orangnya mapan dan pekerja keras. Namun, apa yang dirasakan Noni (34), nama samaran, berbeda. Memiliki suami semuda dan seganteng Nono (30), juga nama samaran, justru membawa petaka. Masa iya?
Kisah asmara mereka berawal dari cinta lokasi. Keduanya bekerja di perusahaan yang sama sebagai marketing di Serang. Hanya, Noni lebih dulu bekerja ketimbang Nono, istilahnya senior. Pas menjadi karyawan baru, Nono dikenal lugu. Biasa, namanya juga orang baru. Apalagi, Nono datang dari kampung, yakni di Lebak.
Melihat tingkah Nono seculun itu, Noni langsung kepincut dan membuatnya tanpa malu dan ragu menembak Nono duluan. Jederrr. Tembakan Noni direspons positif Nono yang juga selalu mesem-mesem ketika melihat Noni yang dijuluki si hitam manis. “Dulu aku percaya, kalau Mas Nono setia. Buktinya, setiap digoda konsumen perempuan, dia dingin-dingin saja tuh,” ujar Noni.
Lantaran itu, tak butuh lama untuk mereka menjalin kasih yang berlanjut ke rencana perkawinan. Namun, tanda-tanda kurang baik sempat ditunjukkan orangtua. Lamaran Nono sempat tidak disetujui orangtua Noni. Wajar, karena selama pacaran baik Noni terlebih orangtuanya tidak pernah mengetahui bibit bobot bebetnya Nono. Siapa dan di mana keluarganya. Nono hanya datang melamar sendiri dengan alasan tempat tinggal orangtuanya jauh. Nono hanya menjanjikan, orangtua dipastikan datang pas hari pernikahan. Sekuat hati, Noni mencoba meyakinkan orangtuanya agar bisa memercayai Nono agar mereka bisa segera menikah. Meski Noni juga harus mengorbankan pekerjaannya, karena aturan perusahaan bahwa ketika sudah menjadi suami istri salah satu dari mereka harus ada yang keluar. Noni pun mengalah demi menggapai mimpinya bersanding dengan Nono di kursi pelaminan. “Saya cinta mati sama Mas Nono. Banggalah, Mas Nono kan jadi rebutan di kantor juga. Makanya, harus cepat-cepat diikat,” ujarnya. Tali sepatu kali diikat.
Singkat cerita, pernikahan mereka pun digelar dengan pesta sederhana. Sengaja orangtua Noni tidak menggelar pesta meriah, karena Nono tidak menyumbang sedikit pun untuk sekadar membantu biaya resepsi pernikahan. Ke pernikahan, Nono hanya sekadar membawa seserahan seadanya dan mas kawin seperangkat alat salat. Tanpa dilengkapi perhiasan seperti emas, intan, atau bahkan berlian. Widih, serius enggak tuh.
Namun, kenyataan pahit itu tak membuat kebahagiaan Noni memudar. Noni justru tampak begitu bangga bisa menyandang status istri Nono setelah prosesi akad nikah. “Di nikahan banyak teman atau kerabat yang muji-muji keluarga. Soalnya, saya bisa menggaet pria sekeren dan seganteng Mas Nono,” terangnya.
Satu dua bulan, bahtera rumah tangga mereka baik-baik saja. Bahkan, Noni betul-betul menikmati lembaran baru bersama Nono meski tanpa diselingi dengan acara bulan madu. Bisa dibilang, rumah tangga mereka begitu romantis dan harmonis di tiga bulan pertama. Dari mulai beradegan ranjang, sehari mereka bisa tiga sampai empat kali membelah duren diawali dengan pemanasan yang bisa memakan waktu hingga berjam-jam. Tentunya, berbagai gaya mereka lakukan sambil bergonta ganti tempat. Ya di kasur, kamar mandi, sampai di dapur sekalipun. Tujuannya, tak lain agar sensasinya lain dari biasanya dan tidak membuat bosan. “Soal kemesraan jangan ditanya. Pernah kita mau berangkat kerja sampai enggak jadi-jadi. Usai ganti baju, kalau sudah berdekatan bawaannya pengen gituan,” ungkapnya. Aw aw aw,,,nyam nyam.
Meski hidup pas-pasan dengan penghasilan bulanan Nono sebagai karyawan dan tinggal di sebuah kontrakan, keharmonisan keluarga mereka tetap terjaga. Namun, kebahagiaan Noni dan Nono hanya bertahan sampai dikaruniai anak pertama. Prahara rumah tangga mulai datang seiring Nono dipromosikan perusahaan naik jabatan. Pekerjaan Nono dinilai kreatif sehingga selalu mencapai target perusahaan. Sejak itu, Nono berubah menjadi sedikit arogan. Terlebih, Nono kini bisa membeli rumah dan memiliki kendaraan roda empat yang merupakan bonus perusahaan. Merasa hidup semakin sempurna, Nono pun semakin berulah. Ada istilah, pria semakin kaya semakin nakal.
Nah, hal itu pula yang terjadi dengan Nono. Dengan alasan dinas luar atau banyak pekerjaan, Nono kerap terlambat pulang ke rumah. Awalnya, Noni tidak manaruh curiga. Namun, begitu melihat sikap Nono yang sudah tidak seromantis dulu. Kemudian, sering tidak bernafsu ketika diajak berhubungan intim, membuat Noni bertanya-tanya. Pikiran Noni menjadi tidak tenang. Selalu dihantui rasa curiga. Belum lagi mendapatkan masukan negatif dari tetangga, keluarga, maupun kerabat menilai perubahan sikap Nono.
“Gimana enggak curiga, Mas Nono yang tadinya enggak suka minyak wangi, mendadak suka, bahkan kecanduan sampai baunya menyengat setiap hendak bepergian,” jelasnya. Lainnya, seperti lelaki lain kebanyakan ketika berselingkuh, mulai dari ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman sampai kalau ditanya, bawaannya emosian. Wah, benar tuh Mbak, itu memang tanda-tandanya. Makanya, saya ganti cara kedua biar istri enggak curiga! Hehehe. Bercanda Mbak.
Noni yang sudah hamil untuk kali kedua, semakin curiga dan mulai menjalankan aksi investigasi terhadap Nono. Setelah bertanya-tanya kepada rekannya di kantornya dulu yang juga temannya Nono, semua rahasia Nono pun terbongkar. Benar bahwa Nono sering jalan dengan SPG di kantornya dan sering check in. Ngapain tuh? Sekali waktu, Noni membuntuti Nono ketika bepergian sepulang dari kantor. Sampai akhirnya Noni yakin akan belangnya Nono ketika memergoki Nono berduaan di kamar hotel dengan perempuan.
Mendapat desakan dari Noni yang marah besar, Nono mengakui kebusukannya bahwa ia sering ngamar dengan banyak perempuan. Alamak! “Bukan hanya perempuan nakal yang ia ajak kencan. Ada gadis, janda, sampai istri orang yang tergoda sama wajah Nono yang ganteng,” jelasnya.
Noni akhirnya memutuskan mengakhiri hubungan rumah tangganya dengan Nono. Sekarang Noni hidup dengan dua anaknya dan mulai bekerja kembali di sebuah perusahaan untuk melanjutkan hidupnya. Noni juga mengaku kapok mempunyai suami berwajah ganteng. “Saya sudah enggak ambisi lagi punya suami ganteng, justru trauma. Yang penting menerima saya apa adanya. Punya suami ganteng bikin paleng,” pungkasnya. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)