SETIAP suami pasti mendambakan punya istri penurut. Demikian pula dengan Ocid (35), nama samaran. Namun, apa yang dialami pria asal Cadasari, Pandeglang, yang berprofesi sebagai petugas sekuriti ini lain cerita. Ia kerap menerima sikap jadi-jadian istrinya Isah (33), nama samaran, yakni suka uring-uringan tak keruan setiap memasuki masa gajian pada pertengahan bulan.
Tepatnya setiap tanggal 20. Diperparah lagi, dengan sikap ketidaksenangan yang ditunjukkan mertua. Kondisi itu memaksa Ocid memilih berpoligami. Ocid pun nekat kawin lagi dengan perawan tingting yang belum lama dikenalnya, sebut saja Odah (25). Padahal, sudah tiga anak yang dianugerahkan kepada dia dan istri tuanya, Isah. Namun, apa yang terjadi kemudian, si istri muda juga kini menghilang ditelan badai tanpa jejak dan berita. Sampai akhirnya Ocid kembali ke pelukan Isah, meski harus hidup di bawah tekanan sikap jadi-jadian istri tuanya tersebut.
“Istri saya itu jadi-jadian. Pokoknya, setiap gajian tanggal 20 itu sudah pasti saja kita cekcok. Nah, saya juga enggak tahu sampai sekarang apa yang dimasalahin. Ditanya juga, Isah enggak pernah mau ngomong,” keluh Ocid memulai perbincangan dengan Radar Banten di pos satpam tempatnya bekerja.
Kondisi demikian bertahan hingga sembilan tahun lamanya. Dirunut ke belakang, Ocid sudah mengenal Isah sejak masih SMP. Masih cinta-cinta monyet gitu. Begitu lulus, mereka memutuskan menikah meski status Ocid saat itu masih pengangguran sehingga sempat ditentang orangtua Isah. Namun karena rasa sayangnya yang dalam terhadap Ocid, Isah nekat kabur-kaburan dari rumah sampai akhirnya mereka dinikahkan juga.
Awal rumah tangga, Ocid dan Isah adem ayem saja. Sampai memiliki anak ketiga, keretakan dalam rumah tangga pun mulai terasa. Terlebih, ketika Isah bekerja di pabrik yang merupakan hasil perjuangan Ocid. Merasa pendapatannya lebih tinggi daripada suami, sikap Isah terhadap Ocid mulai berubah. Diperkeruh dengan orangtua Isah yang terus mengintervensi untuk memisahkan mereka karena merasa hidup dengan Ocid akan susah selamanya.
Ocid curiga, Isah terkena guna-guna orangtuanya yang membuat Isah selalu mengajak Ocid bertengkar. “Setiap pulang dari rumah orangtuanya ke kontrakan, pasti bawannya berantem, enggak tahu apa yang dipermasalahkan, kan bingung saya,” ujar Ocid kesal.
Ocid tak habis pikir kenapa Isah yang dulu dikenalnya pendiam, mendadak liar dan tidak pernah menuruti apa kata suami setelah sembilan tahun berumah tangga. Benar saja, Ocid pernah suatu waktu memergoki Isah di rumah orangtuanya yang dipaksa meminum jamu ramuan. Tradisi minum jamu itu pun sampai menjadi kebiasaan.
Dari situ, sikap Isah menjadi tak tahu diuntung. Bukannya, berterima kasih karena sudah dicarikan pekerjaan yang strategis oleh Ocid, Isah malah jadi sering menghina pekerjaan Ocid yang hanya mendapat honor seadanya.
“Kalau saya kasih uang seadanya, katanya, ‘usaha dong!’. Saya kan lagi usaha,” ucapnya.
Seringnya terjadi percekcokan, Isah pun meminta pisah. Permintaan Isah dikabulkan Ocid yang tak tahan dan langsung memberikannya talak pertama. Dengan status pisah ranjang, tak butuh lama untuk Ocid mencari penggantinya. Bahkan, perempuan yang mau dijadikan istri kedua masih perawan, lebih cantik, dan aduhai. Dialah Odah. Ocid juga tak kalah gagahnya.
“Ya, saya nikah lagilah. Odah juga sudah tahu kalau saya sudah punya istri, tapi saya tunjukin surat cerainya, makanya mau. Saya juga enggak tahu kenapa dia mau,” akunya.
Ocid memang beruntung, ini yang namanya sambil menyelam minum susu. Susunya, ya Odah itu. Belum cerai sudah punya cadangan istri, cakep lagi. Mantap.
Namun, tak gampang untuk Ocid mendapatkan Odah. Ia sempat menghadapi rintangan sebelum menikah karena Odah sudah dijodohkan orangtuanya. Odah yang sudah cinta mati kepada Ocid lebih memilih kabur dari rumah agar direstui orangtua. Sampai akhirnya, Ocid pun sukses menikahi gadis belia itu dengan status istri kedua.
Mengetahui Ocid menikah lagi, justru Isah tak terima karena merasa masih cinta dan berat dengan anak-anak yang selalu ingat bapaknya. Dengan berbagai alasan yang dilontarkan Ocid, Isah pun akhirnya menyadari kesalahannya dan rela dimadu.
“Saya bilang, kan dia sendiri yang minta pisah. Kenapa sekarang marah kalau saya kawin lagi? Sekarang sih, sudah sama-sama tahu, jadi aman-aman saja,” kilahnya.
Bukan Ocid namanya kalau tidak pintar membagi waktu. Setiap hari, Ocid gantian melayani istrinya karena tinggal di kontrakan berbeda. Isah di Pandeglang, sementara Odah tinggal di kontrakan tak jauh dari tempat kerjanya di Kabupaten Serang. Kadang, Odah sengaja datang ke kontrakan Ocid ketika jadwal Isah bekerja.
Kalau sama yang muda, Ocid melancarkan aksinya di ranjang nyaman-nyaman saja. Berbeda dengan Isah, Ocid harus menunggu mood baik istri tuanya datang karena sifat jadi-jadiannya belum juga hilang.
“Selama tiga bulan saya bolak-balik Pandeglang-Serang cuma buat ngelayanin istri gituan. Gempor juga,” ungkap Ocid sambil memperlihatkan senyum nakalnya.
Pernikahannya dengan Odah, Ocid tidak mempunyai anak karena keguguran. Sampai dua tahun kemudian, dengan alasan Odah jenuh di rumah, Odah membujuk Ocid untuk mencarikan pekerjaan untuknya. Alasan lainnya agar bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Lagi-lagi Ocid mencarikan pekerjaan untuk istri keduanya itu di pabrik tempat Isah bekerja. Ibarat kacang lupa kulitnya, sejak bekerja dan punya penghasilan sendiri, Odah malah berulah. Odah ketahuan selingkuh dengan teman seprofesinya. Yang lebih kurang ajar lagi, Odah selingkuh dengan suami orang.
“Saya juga tegur cowoknya, kan tahu Odah ini istri saya, terus dia juga kan sudah punya istri. Tapi, kata cowoknya, Odah ngakunya janda. Kurang ajar kan,” katanya.
Sejak perdebatan itu, Odah malah menghilang sampai saat ini sudah dua tahun lamanya dan sudah tidak ada kabar berita. Kemudian, dengan alasan anak yang meminta Ocid rujuk kembali dengan Isah, akhirnya mengalah dan menerima sikap Isah apa adanya. Ocid pun kini bertahan, meski terus dihantui sikap jadi-jadian istrinya setiap gajian di pertengahan bulan.
“Kalau sudah tanggal 20 aja, saya sudah waswas. Pasti ada aja cekcok sama istri,” tandasnya. Sabar ya Bang Ocid. Nanti juga berubah menjadi lebih baik pada waktunya. (Nizar S/Radar Banten)