BAGI para laki-laki, hati-hati bila memilih calon istri. Jangan terbuai dengan kecantikan saja. Kalau tidak dilandasi rasa cinta, sebaiknya urungkan niat. Karena, rasa pengertian dan penuh toleransi sebagai istri nanti setelah berumah tangga, bisa jadi hanya bualan belaka.
Seperti yang dijalani Hesti (27), nama samaran, dengan pria pilihan orangtuanya, sebut saja Heri (30). Merasa terpaksa menerima Heri menjadi suaminya, Hesti pun hanya pura-pura cinta. Di belakang Heri, Hesti mencari celah melampiaskan hasratnya dengan pria lain. Wah wah wah bahaya tuh. Namun, hal tidak terpuji itu dilakukan Hesti sekira tiga tahun silam. Sekarang, masih enggak ya? “Saya dulu terpaksa berbuat begitu, karena merasa enggak puas nikah sama pria bukan pilihan sendiri,” ungkap Hesti.
Lantaran itu, Hesti diam-diam bermain mata dengan mitra kerjanya. Pria itu sebut saja Doni, yang tak lain adalah mantan terakhirnya sebelum menikah dengan Heri. Istilahnya kelabang bali alias kenangan lama bangkit kembali.
Hebatnya, di hadapan suami, Hesti pandai bersandiwara. Hesti mampu menjadi aktris yang memerankan sosok wanita berkepribadian ganda. Di depan suami, seolah-olah menjadi istri yang baik. Padahal, di belakang itu Hesti kerap menyempatkan waktu untuk bersenang-senang dengan selingkuhannya. Astaga.
“Soalnya, sama Doni (selingkuhan-red) pacarannya sudah terlalu lama. Tiba-tiba kita batal kawin karena Heri,” terangnya. Maksudnya, kok karena Heri?
Heri adalah rekan kerja Hesti di sebuah industri di Serang, begitu pula dengan selingkuhannya, Doni, masih satu perusahaan. Tak disadari Hesti, Heri yang awalnya menganggap teman biasa di kantor, ternyata di belakang layar memendam perasaan cukup lama.
Demi mendapatkan hati Hesti, Heri tidak menyatakan perasaannya langsung kepada Hesti, melainkan dengan cara membujuk orangtua Hesti agar mau menjadikannya sebagai pasangan hidup putrinya. Trik Heri pun mendapatkan acungan jempol Hesti, karena berhasil meyakinkan orangtuanya jika dia bisa lebih membahagiakan Hesti ketimbang pria lain.
“Dua tahun saya temenan sama Mas Heri, enggak pernah tuh ngomong suka. Malah kita sering curhat soal Doni. Mas Heri juga dukung saya pacaran. Saya enggak tahu kalau ada udang di balik batu,” ungkapnya.
Atas desakan orangtua, Hesti pun terpaksa menerima pinangan Heri untuk naik ke pelaminan dan manyandang status sebagai istri sah Heri dan meninggalkan Doni. Raut wajah Heri berbanding terbalik dengan mimik yang ditunjukkan Hesti saat pernikahan. Rona wajah Heri diselimuti kebahagiaan, sementara raut wajah Hesti tampak kecut karena menyimpan rasa penyesalan. Namun, sebagai perempuan yang tahu agama, Hesti menjalankan perannya sebagai seorang istri yang baik dan berusaha menikmati rumah tangganya dengan Heri. Seperti menyiapkan makan sebelum berangkat kerja, mencuci piring, baju, sampai beres-beres rumah dan mau melayani suami ketika ingin berhubungan intim.
Begitu pula dengan sikap Heri yang begitu pengertian terhadap Hesti. Heri tak pernah marah atau menyalahkan Hesti ketika berbuat salah. Heri begitu sabar menghadapi Hesti yang kerap uring-uringan di rumah, meskipun masalahnya tidak jelas. Pokoknya, Heri itu suami teladan dan tipikal suami idaman para istri. “Saya tetep nikmati di ranjang, cuma yang saya bayangkan bukan Mas Heri, tapi Doni,” ungkapnya. Astaga, tobat Mbak.
Wajar, Hesti tidak bisa begitu saja melupakan Doni karena lamanya pacaran dan sudah saling cinta. Mengetahui Hesti menikahi Heri, tak lama kemudian, giliran Doni yang menikah dengan perempuan lain. Namun, pertemuan Hesti dan Doni di kantor yang semakin intens, membuka peluang keduanya kembali menjalin hubungan.
Heri tak pernah menaruh curiga, karena pikir Heri, Doni juga sudah tidak mungkin mengganggu istrinya karena sudah beristri juga. Namun di balik itu, keduanya pintar mencuri-curi waktu untuk bertemu di luar jam kerja dan sama-sama berselingkuh. Hesti beralasan sekadar belanja dengan rekan kerjanya, kadang mengaku pergi dengan teman masa kuliah dan Heri percaya saja. Begitu pula, dengan Doni yang mengaku piket di tempat kerja kepada istrinya. Padahal, keduanya kerap janjian bertemu dengan menyewa kamar hotel. Ow ow ow, ngapain aja tuh?
“Enggaklah kita ngobrol aja. Di hotel itu biar enggak ketahuan aja. Kalau di luar kan takut ada yang kenal, bahaya,” kilahnya.
Setahun sudah, perselingkuhan berjalan. Awalnya, satu dua bulan hubungan mereka nyaman-nyaman saja. Bahkan, Doni layaknya suami Hesti, sering mentransfer uang untuk belanja setiap bulan. Lantaran itu, Doni menjadi banyak menuntut kepada Hesti. Seperti pertemuan mereka harus semaunya Doni. Telepon Doni harus selalu diangkat dan di-SMS harus langsung dibalas.
Ketika Hesti bilang tidak bisa karena berhalangan, Doni pasti marah. Bahkan, tak sungkan untuk melontarkan makian dan berkata kasar kepada Hesti, baik secara langsung maupun melalui ponsel tanpa melihat situasi dan kondisi. Puncaknya, Hesti terkena tamparan Doni yang naik pitam karena sering dibanding-bandingkan dengan suaminya.
“Lama-lama saya gerah juga sering dimarahi Doni. Makanya, saya suka sengaja banding-bandingkan dengan Heri, eh dia (Doni-red) malah tambah marah. Bahkan, berani menampar, parah kan?“ keluhnya.
Menyadari sifat buruk Doni, Hesti mulai tersadar dan sedikit demi sedikit mulai menjauh dari Doni. Untungnya, Doni memahami sikap Hesti yang mencoba menghindar dan tidak lagi mempermasalahkan hubungan terlarangnya dengan Hesti. Kini di kantor, antara Hesti dan Doni seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Suasana kembali normal dan mereka kembali berteman. Hesti pun kembali ke pangkuan Heri dan mulai berusaha untuk membuka hati dan menerima Heri apa adanya. Saat ini, pernikahan Hesti dan Heri sudah dikarunia dua anak.
“Tak selamanya selingkuh itu indah. Lebih indah dengan suami,” tegasnya. Syukur deh. Jangan diulangi lagi ya Mbak. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)