RUMAH tangga Mona (40) memang tidak sampai berantakan yang berujung perceraian. Namun, kehadiran suami pada rumah tangga dianggap sebagai musibah.
Bukan persoalan karena sang suami berselingkuh atau tak pernah memberi nafkah, melainkan bau badan suami, sebut saja Mohak yang bikin Mona tak tahan. Entah itu saat tidur bareng di atas ranjang maupun di luar rumah yang kerap menjadi cemoohan orang. Oleh karena itu, Mona sering menolak berhubungan badan yang berdampak sering terjadi percekcokan di antara keduanya.
“Terus terang, saya bukan jelekin suami. Tapi, memang badannya bau. Apalagi, kalau habis kerja, keluar keringat, bikin mual,” keluhnya.
Lantaran itu, tak jarang bau badan suami menjadi bahan gosip kerabat maupun tetangga, atau bahkan menjadi bahan makian kedua anak perempuan hasil buah pernikahan mereka. Mona mengaku, baru mengetahui kalau Mohak bau badan sejak kehamilan pertama. Ketika usia kandungan berjalan enam bulan.
Sebelumnya, bau badan Mohak dari semenjak mereka pacaran selalu terselimuti minyak wangi. Belum lagi, Mohak selalu tampil rapi ketika apel ke rumah sekira 20 tahun lalu. Rambut kelimis, pakai setelan celana katun dan kemeja, dipadu dengan sepatu janggo yang ujung sepatunya menjorok ke depan layaknya sepatu Aladin.
“Bagi suami, penampilannya dulu sempurna. Kalau menurut saya sih norak. Cuma saya senang orang yang wangi. Tandanya, dia pintar merawat diri dan menyenangkan istri,” katanya.
Melihat kesungguhan Mohak saat proses lamaran, Mona pun akhirnya menerima pinangan Mohak. Mona tak pandang bulu, meski status Mohak saat itu hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Demikian juga Mona, satu profesi dengan Mohak di industri yang sama di Serang.
Jelang pernikahan, keduanya berkomitmen jika salah satu dari mereka harus keluar dari pekerjaan. Mona pun mengalah dengan alasan, suami lebih bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rumah tangga ketimbang dirinya. Mona pun memutuskan untuk berhenti kerja dan mulai menjalani usaha warung kecil-kecilan di sebuah kontrakan.
Modal Mona didapat dari hasil pesangon yang diberikan atas kebijakan perusahaan. Soalnya, Mona terbilang cukup lama kerja di industri tersebut. “Alhamdulillah, keluar dari pabrik saya dapat pesangon waktu itu, cukup buat usaha warungan,” ujarnya.
Awalnya tidak ada yang aneh pada rumah tangga mereka, karena Mohak selalu tampil wangi di depan Mona. Berbagai merek botol minyak wangi sampai botol oplosan banyak terpajang di kamar. Itu karena, setiap bulan Mohak rutin membeli banyak minyak wangi. Alasannya, Mohak suka dengan wangi-wangian. Begitu pula dengan Mona. Namun, kesukaan Mona terhadap wangi-wangian tak separah Mohak. Banyak minyak wangi yang dibeli Mohak, baunya tak sedap dan ke hidung juga wanginya menyengat.
“Saya lebih suka dia wangi sabun mandi. Soalnya parfum yang dia beli, enggak bermerek semua tuh,” ujarnya.
Selama itu pula, Mona tidak mengetahui kalau Mohak bau badan. Hanya saja, Mona sempat kaget dengan selera makan Mohak yang tak sesuai dengan tampilannnya yang superwangi. Mohak doyan makan makanan yang bau-bauan, seperti jengkol, petai, terong, ikan asin, sambal, sampai lalap-lalapan.
“Makan daging sama ayam malah jarang Mas. Aneh kan?” ungkapnya.
Intinya, Mohak tak suka makanan kalangan menengah ke atas, maunya makanan khas tradisional, tumisan, dan sayuran seperti tumis kacang panjang, sayur asem, sampai daun tangkil.
Dalam berhubungan badan, dari malam pertama sampai enam bulan kemudian, Mohak awalnya banyak ragu dan malu-malu. Sikap begitu, membuat Mona jadi sering minta duluan. Seiring waktu berjalan, lama-lama Mohak mulai tak canggung lagi dengan Mona. Bahkan, Mohak jadi berbalik meminta duluan untuk beradegan suami istri. Semakin lama semakin cueklah sikap Mohak terhadap Mona.
Sejak itu, Mohak jadi jarang membeli minyak wangi dengan alasan ingin berhemat agar bisa membangun rumah. Mona tak menaruh curiga, justru senang dengan sikap Mohak yang mau berhenti membeli minyak wangi agar bisa ditabung untuk masa depan mereka. Namun, lama-lama di rumah Mona sering mencium bau tak sedap saat dekat dengan Mohak setiap pulang kerja. Apalagi, saat Mohak tampak kecapaian sampai keringatan yang membasahi pakaiannya.
“Malamnya, kita perang. Nah dari situ, pas lagi asyik-asyiknya baru sadar kalau badan Mas Mohak bau banget. Bikin mual, mana tahan. Perangnya sampai udahan, karena saya langsung ke kamar mandi waktu itu,” terangnya.
Melihat Mona yang meninggalkan Mohak tanpa sebab di ranjang saat itu, membuat Mohak naik pitam dan menanyakan alasan Mona. Tadinya, Mohak curiga jangan-jangan Mona di belakang main mata dengan pria lain. Sampai keduanya terjadi pertengkaran hebat dengan posisi dua-duanya masih dalam keadaan tanpa busana.
“Daripada dicurigai yang enggak-enggak, akhirnya saya bilang apa adanya,” akunya.
Sejak itu, Mona jadi sering ogah-ogahan ketika diajak berhubungan oleh Mohak. Kecuali malam Jumat, sepertinya menjadi malam yang wajib bagi mereka berdua. “Kalau malam Jumat sunah soalnya. Saya suka paksa Mas Mohak pakai minyak wangi dulu biar saya terangsang walaupun cekcok dulu,” ucapnya.
Awalnya, Mohak tak terima dengan alasan Mona. Sampai akhirnya, Mohak meminta pendapat orangtuanya soal alasan Mona sudah jarang mau berhubungan intim lagi dengannya. Mohak tidak bisa lagi mengelak setelah orangtuanya juga berkata sama dengan apa yang disampaikan Mona. Malah, Mona kerap menerima cacian dari kerabat sampai tetangganya. Kadang disebut bau ketek yang tidak pernah dibersihkanlah, disebut bau bangkailah, apalah-apalah. Masih banyak lagi makian lainnya. “Orangtua sendiri saja suka nyindir. Katanya, ‘Mon, kamu emang tahan dekat suami. Mama aja enggak tahan dekat-dekat tuh’, begitu,” ujarnya.
Namun, Mohak yang diberikan masukan oleh Mona terkadang sensitif. Malah balik marah. Padahal, Mona sering mengingatkan jika bau badannya itu menganggu dan sudah menjadi bahan gosip tetangga berikut saudara. Sampai anak-anak mereka beranjak dewasa, Mohak tetap tak mau berubah. Namun, Mona mampu bertahan dan menerima segala kekurangan suami tercintanya.
“Ya, sebagai istri yang baik, harus terima suami apa adanya dong. Orang mau ngomong apa juga, bodo amat. Anak-anak juga sekarang sudah cuek. Yang penting, dia sayang dan bertanggung jawab,” tegasnya. Syukur deh Bu. Memang harus begitu. Menjaga keutuhan rumah tangga harus siap menerima segala kekurangan pasangan. Saya doakan langgenglah. Amin. (Nizar S/Radar Banten)