SERANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang mulai melaksanakan kegiatan rehabilitasi gedung sekolah dasar (SD). Sebanyak 61 ruang kelas di 20 SD serempak dibangun dari dana alokasi khusus (DAK) senilai Rp 5,9 miliar.
Bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI itu disalurkan untuk pembangunan di SDN Bengras dan SDN Sirih Lor di Kecamatan Anyar (masing-masing tiga ruang kelas); SDN Parung Sentul dan SDN Sengir di Kecamatan Baros (masing-masing tiga ruang kelas); SDN Panyabrangan di Kecamatan Cikeusal (tiga ruang kelas); SDN Nanggung 2 di Kecamatan Kopo (tiga ruang kelas); SDN Kadugenep (empat ruang kelas) dan SDN Panyairan (tiga ruang kelas) di Kecamatan Petir; serta SDN Tegalmaja (tiga ruang kelas); SDN Kragilan 2 (lima ruang kelas); dan SDN Kragilan 3 (tiga ruang kelas) di Kecamatan Kragilan.
Kemudian, SDN Cibodas dan SDN Sukamaneh 1 di Kecamatan Tanara (masing-masing dua ruang kelas); SDN Nambo Ilir di Kecamatan Kibin (tiga ruang kelas); SDN Paleuh di Kecamatan Pabuaran (tiga ruang kelas); SDN Padarincang 1 di Kecamatan Padarincang (tiga ruang kelas); SDN Sibuyung di Kecamatan Mancak (dua ruang kelas); SDN Binong di Kecamatan Pamarayan (tiga ruang kelas); SDN Pontang Legon 2 di Kecamatan Tirtayasa (tiga ruang kelas); dan SDN Sukabares di Kecamatan Waringinkurung (empat ruang kelas).
Kepala Bidang SD pada Dindikbud Kabupaten Serang Aber Nurhadi menyatakan, rehabilitasi 61 ruang kelas SD dilaksanakan oleh panitia pembangunan SD (PPSD) yang dibentuk pihak sekolah dan komite sekolah dengan sistem swakelola. “Rehab dari dana DAK 2017, sekarang sudah pada mulai pengerjaan,” ungkap Aber melalui sambungan telepon seluler, Minggu (23/7).
Pencairan dana bantuan dari pemerintah pusat itu, kata Aber, langsung masuk ke rekening sekolah. Pengerjaan rehabilitasi ruang kelas ditargetkan rampung selama 100 hari atau paling lambat enam bulan. Aber menyarankan semua kepala SD selalu berkoordinasi dengan konsultan pengawas proyek, terlebih ketika menemukan hal teknis pembangunan yang kurang dipahami.
“Soalnya, PPSD harus melaporkan progres pelaksanaan pembangunan mulai nol persen, 30 persen, 50 persen, 75 persen, dan 100 persen,” terangnya.
Aber berharap, rehabilitasi ruang kelas dengan sistem swakelola itu berdampak pada hasil pembangunan yang lebih berkualitas. Untuk itu, kepala sekolah diimbau melaksanakan penggunaan anggaran DAK dengan berpedoman pada petunjuk teknis (juknis) Kemendikbud RI, serta mengacu pada rencana anggaran biaya (RAB) dan detail engineering design (DED) yang sesuai juknis.
“Tidak boleh ada penyimpangan sekecil apa pun, baik kualitas barang maupun volumenya,” tegas Aber.
Penggunaan anggaran DAK itu, lanjut Aber, akan diawasi secara rutin. Ia juga meminta masyarakat ikut mengawasinya. Disinggung soal bantuan anggaran stimulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, lanjutnya, masih menunggu pencairan. Bantuan stimulan, diungkapkan Aber, untuk pembangunan rehabilitasi 93 ruang kelas di 26 SD, renovasi sembilan ruang kelas di satu SD, membangun dua unit kantin sehat di dua SD, membangun satu unit sanitasi, dan lima unit perpustakaan di lima SD.
Disinggung soal SDN Bugeul di Kecamatan Pamarayan yang kondisinya rusak berat, kata Aber, sudah mendapatkan bantuan dari corporate social responsibility (CSR) Bank Jabar Banten (bjb). “DED sudah beres,” tegas pria berkumis tebal itu.
Nilai bantuan rehabilitasi SDN Bugeul, informasi yang diterima Aber, mencapai Rp 500 juta untuk tiga ruang kelas. “Lebih jelasnya silakan konfirmasi ke DPKPTB (Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Tata Bangunan Kabupaten Serang-red), termasuk rehab SD dari dana APBD dan dari bantuan gubernur menjadi tugasnya,” tandasnya.
Sebelumnya, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah menyampaikan bahwa SDN Bugeul akan mendapat bantuan dari bjb melalui dana CSR. “PR (pekerjaan rumah-red) kita 500 ruang kelas lebih. Di SDN Bugeul ada tiga ruang kelas yang akan diperbaiki senilai Rp 500 juta,” ucapnya. (Nizar S/RBG)