SERANG – Pohon kiara (ficus benjamina L) berusia seabad lebih ini hidup di hutan Pulau Peucang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Analis Data Pemanfaatan Pengawetan dan Pelayanan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Apuy menjelaskan, pohon kiara masih sangat utuh di Pulau Peucang karena dilindungi dan tidak boleh ada seorang pun yang merusak pohon tersebut, termasuk pohon-pohon lainnya.
“Jangankan kiara, pohon tumbang pun kami biarkan secara alami,” papar dia, Minggu (24/9).
Pantauan Radar Banten Online, pohon kiara berdiameter lingkaran 30 orang terletak di tengah hutan. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Taman Nasional Ujung Kulon, pohon kiara merupakan tumbuhan raksasa rimba yang berbatang besar, tajuknya rapat, daunnya berbentuk lonjong, dan pohonnya dapat mematikan tumbuhan lain.
Perkembangan kiara pencekik ini diduga berasal dari fases satwa liar pemakan buah ara yang dijatuhkan pada sebuah tajuk pohon. Biji akan berkecambah dan tumbuh sebagai efifit. Lambat laun akan mencekik batang inangnya hingga mati dalam kurun waktu tertentu, yang tinggal adalah tumbuhan yang semula efifit, kini menjadi pohon yang mampu berdiri sendiri.
Ciri-ciri akar pohon ini tinggi 20 sampai 25 meter, batang tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, pada batang tumbuh akar gantung, cokelat kehitaman.
Jenis daunnya adalah daun tunggal, bersilang berhadapan, panjang 3 sampai 6 cm, lebar 2 sampai 4 cm, bertangkai pendek, petualangan menyirip, hijau. Buah buni, bulat, panjanh 0,5 sampai 1 cm, biji bulat, keras dan berwarna putih.
Penyebarannya dapat ditemukan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dengan ketinggian tempat 100 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Buah kiara ini biasanya dimanfaatkan sebagai pakan berbagi jenis burung dan primata. (Anton Sutompul/antonsutompul1504@gmail.com).