SERANG – Kabupaten Serang masuk daftar Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Salah satunya, Kecamatan Tanara. Setidaknya dua pasien di kecamatan tersebut dinyatakan suspect virus mematikan ini. Sayangnya, banyak masyarakat enggan mengikuti Outbreak Response Imunization (ORI) Difteri.
Di Kecamatan Tanara, ditargetkan seluruh warga melakukan vaksin difteri. Tetapi, masyarakat Tanara, yang awam terhadap penyakit difteri masih takut untuk ikut imunisasi. Mereka, punya banyak alasan demi menghindari penyuntikan secara berkala ini.
Salah satunya, Paijah (35), warga Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang mengaku takut untuk imunisasi. Yang Ia rasakan usai divaksin menggunakan jarum suntik mengalami demam di tubuhnya.
“Tangan bekas suntikannya juga kerasa jemper. Ada seminggu mah nggak ilang-ilang jempernya,” kata dia saat ditemui awak media di Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Kamis (11/1).
“Dulu mah, pada nggak mau disuntik. Tapi pas kejadian ada yang meninggal, pada mau,” katanya lagi.
Ia tidak tahu, bila imunisasi ORI ini akan berlangsung tiga kali. Ia bersedia divaksin bila seluruh desa ikut diimunisasi ORI Difteri. “Kalau sendiri-sendiri mah, nggak mau. Takut.”
Sementara itu, Petugas Survillence Puskesmas Tanara Aisa Atica, saat melaksanakan penyuluhan ORI Difteri, Kamis (11/1) menyadari bahwa Desa Cerukcuk, termasuk memiliki cakupan imunisasi Difteri yang rendah. Oleh sebabnya, ia bersama dokter dari RSUD Banten turun langsung untuk mengimbau masyarakat melaksanakan ORI DIfteri.
“Dengan adanya kasus difteri disini semua masyarakat tadinya tidak mau diimuniasisi menjadi mau diimuniasi. Walaupun ada beberapa kampung yang enggan untuk divaksin. Kami tidak memaksa tapi kami terus berikan pemahaman agar bersedia mengikuti ORI Difteri,” tuturnya, di Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, Kabupaten Seran, Kamis (11/1).
Imuniasi difteri di Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, kata dia, meruapakan putaran pertama. Berikutnya akan dilakukan akhir Januari nanti. Ia berharap agar seluruh warga Tanara mengikuti ORI Difteri.
“Efek imuniasai difteri ini memang dampaknya demam pada balita 2-3 bulan. Tapi jarang kalau dialami dewasa. Kami juga berikan terapi obat untuk yang mengalami demam. Itu tergantung daya tahan tubuh juga, kalau bagus nggak akan mengalami demam,” paparnya.
(Anton Sutompul/antonsutompul1504@gmail.com)