SERANG – Dari 233 SMA/SMK negeri di Provinsi Banten, ternyata masih ada belasan sekolah yang belum memiliki gedung sendiri. Kegiatan belajar mengajar (KBM) pun terpaksa menumpang di sekolah lain.
Tahun ini Pemprov Banten melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) hanya sanggup membangun sembilan gedung sekolah baru. Sisanya direncanakan dibangun pada 2019.
Kepala Dindikbud Banten Engkos Kosasih Samanhudi mengatakan, 15 sekolah yang belum memiliki gedung terdiri atas sembilan SMA dan enam SMK yang tersebar di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kota Tangerang Selatan.
Menurut Engkos, sekolah yang belum memiliki gedung itu ada yang sudah berdiri sejak lima sampai tujuh tahun. “Tentu ini prioritas dan arahan gubernur karena mereka sudah ada sejak lima sampai tujuh tahun lalu. Jadi, sudah menerima dan meluluskan siswanya,” kata Engkos kepada wartawan, kemarin.
Ia melanjutkan, untuk menunjang pembangunan gedung sekolah baru, persiapan dan pengadaan lahan serta menyusun detail engineering design (DED) sudah dilakukan tahun lalu. “Tahun ini anggaran pembangunan sekolah baru hanya untuk sembilan sekolah. Sebab, kami juga akan melakukan rehabilitasi ruang kelas yang mengalami rusak ringan dan sedang, serta pembangunan ruang kelas baru (RKB),” katanya.
Sesuai instruksi gubernur, pembangunan sarana prasarana sekolah sudah harus tuntas hingga tiga tahun ke depan. “Sekolah yang masih menumpang menjadi prioritas untuk dibangun sekolah baru sesuai arahan Pak Gubernur,” ungkap Engkos.
Selain pembangunan sekolah baru, Engkos menjelaskan, pihaknya akan membangun dan merehab sebanyak 493 ruang kelas. Hal itu untuk mendukung sarana prasarana sekolah yang sampai saat ini masih kekurangan. “Pak Gubernur kemarin sudah melihat beberapa SMA/SMK, kami diminta melakukan pemetaan kembali tentang performance gedung sekolah mulai dari gerbang hingga ornamen khas Kesultanan Banten untuk lebih ditonjolkan. Kemudian juga ke depan SMA/SMK menjadi prototipe di mana seluruh sekolah wajib menonjolkan budaya daerah,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Banten Wahidin Halim mengakui masih banyak SMA/SMK yang belum memiliki gedung sendiri sehingga kegiatan belajar mengajar menumpang di gedung atau sekolah lain. Melihat kondisi tersebut, Gubernur yang akrab disapa WH ini menginstruksikan Dindikbud agar sarana, prasarana, dan fasilitas sekolah sudah harus tuntas dalam jangka waktu tiga tahun ke depan. “Kami akan fokuskan pada pembenahan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan dalam tiga tahun ini. Sarana dan prasarana sekolah harus memadai,” katanya.
WH juga meminta Dindikbud untuk cepat tanggap terkait pembangunan dan rehab ruang kelas. “Saya tidak mau melihat sekolah yang roboh, sekolah yang ambruk di Banten,” tegas WH.
Berdasarkan data Dindikbud Banten, jumlah SMA/SMK baik negeri maupun swasta sebanyak 1.206 sekolah, dengan sarana prasarana ruang kelas untuk SMA sebanyak 3.069 ruang, dengan perincian 1.560 ruang dalam kondisi baik, 1.260 ruang kondisinya rusak ringan, 143 rusak sedang dan 106 ruang rusak berat. Jumlah ruang kelas SMK tercatat sebanyak 1.621 unit, dengan perincian 781 dalam kondisi baik, 768 rusak ringan, 33 ruang kelas rusak sedang dan 13 di antaranya rusak berat.
Hingga saat ini, Banten masih kekurangan sebanyak 819 ruang kelas untuk SMA/SMK/SKh. Dengan perincian, SMA masih kekurangan 367 ruang kelas, SMK kurang 332 ruang kelas, dan SKh masih membutuhkan 120 ruang kelas baru. (Deni S/RBG)