CURUGBITUNG – Sebanyak 1.000 orang lebih warga Desa Adat Guradog, Kecamatan Curugbitung menggelar tradisi ngarengkong atau mengangkut hasil panen ke lumbung padi (leuit), Minggu (22/4). Tradisi yang dilaksanakan setahun sekali ini bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan dan rasa persaudaraan antar masyarakat adat Guradog.
Pantauan Radar Banten di lokasi, masyarakat adat Guradog antusias mengikuti tradisi ngampihkeun pare ka leuit (menyimpan gabah ke lumbung). Ketua Masyarakat Adat Guradog Ono Rusadi atau yang kerap disapa Abah Ono memimpin prosesi menyimpan hasil panen ke dalam lumbung padi milik adat. sementara masyarakat ikut mengangkut gabah ke sekitar leuit adat. Prosesi penyimpanan gabah di leuit adat disaksikan masyarakat setempat dan tamu undangan hingga selesai.
Ditemui di sela-sela acara, Ketua Masyarakat Adat Guradog Abah Ono mengatakan, tradisi mengangkut dan menyimpan padi ke dalam lumbung padi sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Hasil panen dari sawah adat seluas lima hektare diangkut dan disimpan di lumbung padi milik adat Guradog. “Ngarengkong merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan setahun sekali. Kami mengangkut dan menyimpan hasil panen (gabah) ke dalam leuit,” kata Abah Ono kepada wartawan, kemarin.
Abah Ono bersyukur, hasil panen padi dari sawah adat cukup melimpah. Padi tersebut nantinya akan digunakan untuk mendukung kegiatan di Desa Adat Guradog, Kecamatan Curugbitung. “Harapannya ke depan hasil panen bisa melebihi yang telah dicapai tahun ini sehingga bisa memberikan kemakmuran kepada masyarakat adat di Guradog,” ungkapnya.
Kepala Desa Guradog, Kecamatan Curugbitung, Sukarma mengatakan, tradisi ngarengkong merupakan warisan leluhur masyarakat adat Guradog. Untuk itu, para pemimpin adat bersama masyarakat antusias mengikuti kegiatan mengangkut dan menyimpan padi di leuit. Masyarakat kompak mengangkut hasil panen dari sawah adat untuk disimpan ke leuit adat. “Tradisi ini cukup penting bagi masyarakat adat di sini. Karena dapat memupuk rasa persaudaraan, kebersamaan, dan gotong royong,” jelasnya.
Tradisi ngarengkong, terang Sukarma, dilaksanakan secara sederhana oleh masyarakat adat di Guradog. Ia berjanji akan mempertahankan dan melestarikan tradisi yang telah berjalan ratusan tahun tersebut karena mengandung nilai-nilai budaya. “Masyarakat adat cukup kompak dalam melakukan kegiatan gotong royong. Untuk itu, nilai-nilai kebaikan tersebut harus terus dipertahankan,” paparnya.
Menurut Sukarma, padi dalam leuit adat bisa digunakan untuk membantu masyarakat yang sedang kesulitan. Misalnya, masyarakat bisa meminjam gabah dari leuit adat, setelah panen mereka bisa mengembalikan gabah tersebut kepada pengurus adat. “Masyarakat adat memiliki keunikan dan keistimewaan. Hal itu menjadi daya tarik bagi masyarakat luar. Untuk itu, kita komitmen mempertahankan tradisi tersebut sampai kapan pun,” katanya. (Mastur/RBG)