CILEGON – Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan di kota industri ini. Kondisi kerusakan alam yang kian parah lantaran eksploitasi alam berlebihan diduga menjadi salah satu pemicunya.
Plt Walikota Cilegon Edi Ariadi langsung mengeluarkan pernyataan bahwa banjir kemarin sebagai kejadian luar biasa (KLB). Edi menyebut, dugaan banjir yang datang ke Cilegon karena kerusakan alam hasil proyek galian di Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, dan beberapa di Cilegon. Selain maraknya galian C, faktor lain yang menyebabkan Cilegon terendam karena pendangkalan sungai dan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.
Pantauan Radar Banten, ketinggian air yang melumpuhkan Cilegon kemarin variatif. Mulai 30 sentimeter hingga 1,5 meter yang menggenangi permukiman, sekolah, jalan, kompleks, kantor pemerintahan, dan fasilitas umum lain. Banjir menyebabkan sejumlah akses jalan ditutup dan jalur di Jalan Lingkar Selatan (JLS) menuju destinasi wisata Pantai Anyar ambrol.
Akses jalan yang terpaksa ditutup, yaitu di jalan utama di Kecamatan Ciwandan dan Kecamatan Purwakarta, tepatnya di depan kantor Polres Cilegon. Di Ciwandan, jalan yang ditutup mulai dari Koramil Ciwandan hingga pusat oleh-oleh khas Banten. Air yang menggenangi jalan itu setinggi 30 sentimeter hingga 60 sentimeter.
Saat meninjau jalan ambrol di JLS, Plt Walikota Cilegon Edi Ariadi menuturkan, dengan kejadian luar biasa ini maka pemerintah bisa menggunakan dana tidak terduga yang telah disiapkan untuk menangani bencana banjir. “Kita sudah punya alokasi anggaran menangani banjir,” katanya.
Edi menuturkan, banjir yang menimpa di seluruh Kecamatan di Kota Cilegon terjadi karena beberapa faktor. Terutama kiriman air dari penambangan pasir di Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang. Ia mengaku akan memastikan apakah informasi itu benar. “Penyebabnya di hulu di Mancak jebol nge-buang ke sini. Ditambah hujan gede terus,” ujar Edi kepada Radar Banten di JLS.
Terkait jalur JLS yang ambrol, menurut Edi, di bawah jalan itu ada gorong-gorong Sungai Temiang. Debit air yang terlalu besar diduga menjadi penyebab jalan itu ambrol. Untuk sementara, Pemkot memasang pembatas jalan dan mengalihkan lalu lintas ke jalan lain. “Pokoknya tidak ada yang boleh lewat sini dulu. Dialihkan lewat jalur utama,” ujarnya.
Edi belum bisa memperkirakan anggaran yang akan dihabiskan untuk memperbaiki jalan itu. “Kita pasang box cover, nanti kita hitung, sambil kita lihat sumber masalahnya,” ujarnya.
Terkait kajian kelayakan sebelum jalan itu dibangun, Edi meyakini sudah sesuai kajian. “Kita membangun ini itu di FS (feasibility study) kita bagus, ketika banyak eksploitasi pasir mengubah itu. Sebetulnya kita akan moratorium (penghentian sementara-red) galian C,” katanya. Moratorium perlu dilakukan karena kondisi kerusakan alam yang mengkhawatirkan. “Kita takut dampak ke rumah warga. Ini juga kan air dari galian C di Mancak,” katanya.
Sekretaris Daerah Kota Cilegon Sari Suryati menambahkan, penyebab banjir sangat kompleks. Selain sungai yang tidak bisa menampung debit air akibat hujan, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah di kali menjadi salah satu penyebab. Sari mengaku pernah menyaksikan secara langsung kebiasan buruk masyarakat itu. “Memang perlu kesadaran kita untuk menyikapi masalah ini,” ujar Sari.
Masalah lainnya adalah drainase yang kecil. Pemerintah menurut Sari sampai saat ini masih terus berupaya untuk menyelesaikan masalah itu. “Kita sebetulnya dari tim reaksi cepat sudah mempunyai langkah. Tapi, kadang-kadang ada yang di luar prediksi kita. Kemarin kita sudah melakukan tindakan di Ciwandan, tapi ternyata setelah kita ambil langkah ternyata ada diluar prediksi kita,” paparnya.
Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kota Cilegon Ahmad Mafruh menjelaskan, dari delapan kecamatan yang terdampak banjir paling parah di Kecamatan Cibeber, Jombang, dan Grogol.
Menurutnya, ketinggian banjir mencapai 1,5 meter. “Terkait data rinci seperti kelurahan dan yang lain masih dalam pendataan. Sebab, kita tadi lakukan pertolongan pertama terlebih dahulu untuk mengevakuasi korban,” ujarnya. Menurut Mafruh, sudah berkoordinasi dengan pihak kelurahan untuk segera melaporkan dampak dari banjir itu.
Ketua RT 05 RW 04, Lingkungan Ramanuju, Kelurahan Citangkil, Kecamatan Citangkil, Ade Nawasih berharap, ada tindakan cepat dari pemerintah. “Saya berharap gorong-gorong diperlebar biar enggak banjir lagi,” katanya.
Menurutnya, lingkungannya itu terdampak banjir sangat parah. Bahkan, sejumlah rumah warga terendam banjir hingga hampir menyentuh atap rumah. “Yang parah ngungsi di atas, di dekat rel kereta,” katanya. Kata dia, air mulai merendam lingkungan itu sejak pukul setengah enam pagi.
PUTUS AKSES JALAN
Akses jalan utama Serang-Cilegon, tepatnya di Toyomerto, Desa Wanayasa, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, digenangi air setinggi pinggang orang dewasa. Air mulai datang dari sekira pukul 13.00 WIB. Jalan menjadi lumpuh total, para pengendara roda dua, roda empat dan lebih tidak bisa melintasi genangan air yang tinggi tersebut.
Jika para pengendara memaksakan diri untuk menyeberangi genangan air tersebut, terpaksa pengendara harus mendorong kendaraannya. Kemacetan panjang tidak bisa dihindari. Kemacetan hingga lima kilometer, para pengendara roda dua banyak yang menunggu di pinggiran jalan sampai air surut. Tidak sedikit pengendara yang memutar balik kendaraannya mencari jalan alternatif untuk menghindari banjir yang memutuskan jalan.
Sugeng, warga sekitar, mengatakan bahwa jalan banjir pukul 11.30 WIB lantaran selokan jembatan sempit tidak mampu menampung debit air yang tinggi. “Ini baru kali ini terjadi karena tidak hanya air hujan saja yang menyebabkan banjir, tapi juga air kiriman dari gunung dan selokan yang sempit juga menjadi penyebabnya,” katanya saat ditemui Radar Banten di lokasi banjir, Rabu (25/4).
Ia berharap, pemerintah dapat memperbesar drainase sempit sehingga bisa menampung debit air. “Pemerintah seharusnya cepat memperbaiki, ini kan jembatan sudah tidak bisa menampung air yang tinggi. Jembatannya juga kecil begini,” ujarnya.
Banjir juga merendam Perumahan Pondok Cilegon Indah (PCI). Kemacetan tak terhindari. Kemacetan terjadi baik dari arah PCI menuju flyover Cibeber maupun sebaliknya. Pukul 11.00 WIB jalan raya tersebut belum mengalami banjir. Namun pukul 15.00 WIB, jalan mengalami banjir dengan ketinggian selutut orang dewasa. Lantaran hal itu, jalan protokol terutama di sepanjang dari PCI sampai flyover menjadi lumpuh.
Selain itu, banjir juga telah merendam Perumahan Pemda Cilegon. Seluruh rumah pejabat Pemkot terendam. Asisten Daerah (Asda) I Kota Cilegon Taufiqurrochman membenarkan hal itu. “Ya benar, banjir yang merendam kompleks karena Kali Cibeber meluap,” terang Taufiq.
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi (Kasi) Pemeliharaan Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Cilegon M Tedi Mahfudi mengatakan, penyebab banjir adalah jebolnya tanggul di Mancak. “Jadi, banjir ini merupakan banjir kiriman,” kata Tedi.
Selain itu, kata Tedi, terjadinya banjir juga disebabkan kecilnya saluran air yang ada di sejumlah titik banjir di Kota Cilegon. “Belum lagi banyaknya sampah di saluran air tersebut. Artinya soal banjir ini harus ada kepeduliaan masyarakat dan pihak industri dalam penanganannya,” ujar Tedi. (Umam-Bayu M-Adi/RBG)