SERANG – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) melakukan kunjungan di Banten sejak Kamis (3/5) malam. Dalam kunjungan, TGB bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Tangerang Raya.
Gubernur dua periode itu mengaku, kunjungannya ke Banten dalam rangka membangun silaturahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, ia tidak membantah bahw kunjungannya terkait rencana pencalonan dirinya menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. “Silaturahmi dengan tokoh-tokoh di Banten. (Soal pilpres-red) kita saling mendoakan dalam kebaikan,” ujarnya usai menjadi pembicara dalam acara kuliah umum bertema ‘Daya Saing Bangsa di Era Revolusi Industri 4.0’ di kampus Universitas Serang Raya (Unsera), Kota Serang, Jumat (4/5).
Menurutnya, Banten memiliki banyak tokoh formal dan informal yang luar biasa. Itulah salah satu sebabnya ia datang ke Banten. Selain bersilaturahmi dengan rekan-rekannya saat menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. “Kemarin berkunjung ke Abuya Murtadho Dimyati. Beliau ini tokoh yang menjaga kohesivitas sosial,” katanya.
Provinsi paling ujung bagian barat Pulau Jawa ini, lanjut TGB, memiliki potensi untuk maju. Ke depan dengan kehadiran tokoh-tokoh yang berfokus pada pembangunan dan penguatan sumber daya manusia, Banten ke depan akan maju. “Rasanya Banten punya potensi untuk maju,” katanya.
Lebih lanjut, TGB mengatakan, penguatan spiritualitas dan daya saing kolektif perlu dilakukan. Seperti halnya nilai yang bangsa Indonesia miliki, gotong royong yang kuat menjadi kunci menghadapi era revolusi industi keempat. “Paling utama, tetap pada sumber daya manusia,” katanya.
Menurut pria kelahiran 1972 itu, Indonesia ke depan memiliki bonus demografi yang luar biasa. Bagaimana menjadikan bonus demograsi ini menjadi suatu kekuatan riil membangun bangsa. Ada proses pendidikan yang berkualitas. Tempatnya di pendidikan tinggi. “Kemudian bicara tentang kematangan intelektual, emosional. Jadi, pendidikan harus berkualitas,” terangnya.
TGB menjelaskan, era revolusi industri 4.0 tidak bisa lagi dimungkiri, penggunaan alat berbasis internet kini sudah menjadi komoditas penting dalam kehidupan sehar-sehari. Contoh terkecil, masyarakat tidak bisa lagi lepas dari dua hal pertama gadget dan internet. “Sebagai bangsa, dalam era ini tentu fondasi utama membangun Indonesia dengan spiritualitas dan karakter manusia nusantara,” ujarnya.
Menurutnya, sikap-sikap baik harus tetap ditanamkan dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti sikap optimisme. Islam mengajarkan dalam keadaan apa pun harus optimistis. Termasuk dalam menghadapi era revolusi industri ini. “Tidak ada kata pesimistis. Semua agama juga sama. Transformasi sosial, akan membangun optimisme,” katanya.
Selanjutnya, hidup disiplin, membangun konektivitas atau jejaring, dan literasi yang kuat dalam merespons perkembangan. Jika empat hal itu dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, revolusi industri 4.0 akan menghadirkan kebaikan. “Saya meyakini jika semuanya dimiliki oleh kita, revolusi industri ini akan menghadirkan kebermanfaatan,” terangnya.
Ketua Yayasan Unsera Mulya Rahayu Rachmatoellah mengatakan, saat ini Indonesia sudah memasuki revolusi industri. Oleh sebab itu, generasi muda harus sedini mungkin mempersiapkan semuanya. “Pada 2045, Indonesia akan seperti apa, tergantung keinginan penguasa, ke depan Indonesia bisa menjadi beban dunia atau negara paling makmur di dunia,” kata alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, ini.
Senada dengan Mulya, Rektor Unsera Hamdan mengatakan, revolusi industri generasi keempat mampu mengalihkan fungsi manusia. Saat ini keberadaan peran manusia diganti robot. Termasuk dunia usaha, ini terus dinamis, perusahaan dituntut kesiapannya menjadi perusahaan rumah dalam mengembangkan usahanya. “Saat ini kita dituntut kreatif di era ini,” pungkasnya. (fdr/air/dwi/RBG)