Panjul (32), nama samaran, merupakan lelaki mapan. Hidup dengan harta tercukupi dari orangtua, ia menjalani hari layaknya anak raja, apa yang diminta, pasti terlaksana. Tapi anehnya, mungkin karena tampangnya yang biasa dan sifatnya yang manja, ia sulit mendapatkan wanita. Oalah. Kok begitu sih, Kang?
“Ya sebenarnya mah banyak yang mau, tapi kan kadang yang suka dekat sama saya tuh cuma ngarep duitnya doang, intinya saya tuh lelaki yang suka pilih-pilih kalau urusan wanita,” aku Panjul kepada Radar Banten.
Suatu hari, lantaran usia yang semakin dewasa, sang ayah memperkenalkan Panjul dengan anak rekan sekerja di kantor, sebut saja Mona (28). Perempuan cantik berkulit putih dan berambut lurus itu sebenarnya tidak mau dinikahkan dengan Panjul. Wajarlah, kalau boleh dibilang sih, Mona dan Panjul bagaikan langit dan bumi. Jauh perbedaannya. Panjul biasa saja, tak tampan dan terkesan wajah kampungan, sedangkan Mona cantik luar biasa.
Ketika pertama melihat, Panjul jatuh cinta. Ia pun mengutarakan keinginan kepada sang ayah. Jadilah urusan cinta mereka diatur kedua orangtua. Kabarnya, waktu itu Mona sempat menangis lantaran tak mau dijodohkan dengan Panjul. Tapi karena desakan ayahnya, Mona terpaksa bersedia memakai kebaya untuk melangsungkan acara pertunangan. Astaga.
Sebulan kemudian, mereka melangsungkan pernikahan. Mona terlihat cantik di pelaminan, bersanding dengan Panjul yang mengenakan gaun pengantin mewah. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri dan bersiap membangun bahtera rumah tangga.
Di awal pernikahan, Mona mencoba menerima Panjul apa adanya. Melayani semua keperluan suami, membuat Mona menjadi istri idaman lelaki. Sang suami pun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk sang istri. Mulai dari membeli rumah, sampai kendaraan pribadi, semua hanya untuk sang istri. Pokoknya, apa pun yang Mona minta, pasti dikabulkan oleh Panjul.
Yang namanya pengantin baru, wajar jika banyak diserang pertanyaan dari orangtua terkait kehamilan. Dan yang terjadi, Mona tak kunjung mendapat kabar gembira itu. Berkali-kali mencoba tapi sia-sia, mereka sering datang ke klinik dan dokter kehamilan untuk konsultasi agar segera diberi momongan.
Tapi apalah daya, mungkin Tuhan masih belum mengabulkan, Mona dan Panjul masih belum dikaruniai keturunan. Sejak saat itulah keduanya bersikap cuek dan tak romantis lagi. Padahal baru berjalan dua tahun pernikahan, bukannya bersabar dan terus berusaha, mungkin karena masih belum bisa bersikap dewasa, mereka mudah terpancing amarah.
Hingga takdir pun menjadi penentu keberlangsungan rumah tangga, terjadilah peristiwa yang membuat Panjul terluka. Ketika Mona hendak berbelanja keperluan rumah tangga ke salah satu pusat perbelanjaan di Kota Serang, Mona tak sengaja bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain teman lama. Ia pun ikut naik motor berdua. Apesnya, ada salah satu teman Panjul yang melihatnya. Wah, bahaya nih jadinya.
Bagai menunggu bom waktu yang cepat atau lambat akan meledak, Entah siapa yang tak produktif, yang jelas bagi Panjul, dengan kelakuan sang istri yang naik motor berdua dengan lelaki lain, menjadi bukti kuat kalau selama ini Mona mencari pelarian karena tak juga mendapatkan buah hati. Apa mau dikata, keributan pun terjadi.
“Saya tahu saya ini enggak ganteng-ganteng amat, tapi kan enggak seharusnya dia jalan berdua sama cowok lain,” kata Panjul.
Parahnya, meski sudah dijelaskan kalau Mona hanya meminta tolong diantar oleh teman, Panjul tak percaya. Ia lebih mendengar omongan orang tentang hubungan terlarang istrinya dengan lelaki itu daripada penjelasan langsung dari sang istri tercinta.
Atuh jangan asal tuduh begitu, Kang!
“Saya enggak asal tuduh, sudah banyak orang bilang lihat mereka pergi berduaan,” tukas Panjul emosi.
Meski Mona sudah berkali-kali tidak mengaku sampai menelepon sang lelaki untuk bicara dengan suami, Panjul tetap tidak mau mengerti. Baginya, kalau sudah kecewa apalagi jelas diselingkuhi, tidak akan ada kata maaf untuk sang istri. Tanpa banyak berpikir, Panjul malah mengusir Mona dari rumah.
“Kejadian kayak gini mah enggak usah dirundingin, saya enggak tahan dengar omongan orang tentang istri yang suka jalan sama cowok lain. Pokoknya saya enggak terima,” ungkap Panjul.
Selepas azan magrib berkumandang, ketika orang-orang berbondong menuju tempat peribadatan, Panjul yang baru saja mengusir istrinya didatangi orangtua dan keluarga. Tak banyak bicara, dengan mata melotot menahan amarah, sang ayah melayangkan tangannya. Prakkk, suara tamparan terdengar keras.
Entah apa yang ada di benak sang ayah saat itu, Panjul yang sejak kecil dimanja, baru kali ini diperlakukan dengan cara kekerasan. Panjul pun tak berdaya, ia hanya menundukkan wajah sambil memegangi pipinya yang mulai memar. Di sampingnya, sang ibu pun tak bisa melawan ayahnya. Waduh, galak amat ya bapaknya Kang Panjul.
“Saya juga kaget, waktu itu dia menasihati saya, katanya sudah besar jangan bersifat kayak anak kecil, belajar dewasa,” kata Panjul meniru ucapan sang ayah.
Sadar akan apa yang dilakukannya sudah melewati batas kewajaran, Panjul minta maaf. Ia pun segera mendatangi sang istri dan memintanya kembali pulang. Meski awalnya Mona menolak dan mengaku sudah telanjur sakit hati, seminggu kemudian, ia pun datang dan menemui sang suami.
Panjul dan Mona pun kembali melanjutkan bahtera rumah tangga. Mereka saling menginstropeksi diri masing-masing. Hebatnya, tak lama setelah kejadian itu, Mona dinyatakan positif hamil, kini mereka mempunyai dua anak yang masih balita dan lucu. Rumah tangga pun berjalan penuh kebahagiaan.
Subhanallah, selamat ya Kang Panjul dan Teh Mona. Semoga enggak curigaan dan saling menjaga perasaan sehingga bisa langgeng sampai mati. Amin. (daru-zetizen/zee/ira/RBG)