JAKARTA – Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustaaan pada Perpustakaan Nasional Deni Kurniadi menyampaikan bahwa Indonesia sudah diakui dunia sebagai negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak kedua di dunia setelah India. Tidak kurang dari 164.610 perpustakaan tumbuh di Indonesia, dan perpustakaan sekolah menempati porsi atau jumlah terbesar sebanyak 113.541 (68,98 persen).
Namun, kata Deni, angka tersebut belum sesuai yang diharapkan. Dengan populasi penduduk yang menembus 270 juta jiwa, jumlah buku yang beredar malah hanya 22.318.083 eksemplar. “Artinya rasio buku dengan penduduk nasional, yakni 0,09. Satu buku ditunggui 9 orang. Padahal UNESCO menstandarkan setiap satu orang wajib memiliki tiga buku baru setiap tahunnya,” ungkap Deni saat memberikan sambutan pada pembukaan seminar nasional dalam rangka memperingati Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Selasa (5/10).
GPMB tahun ini memasuki usia 20 tahun, tepatnya tanggal 25 Oktober 2021. Dalam rangka memperingati momentum akbar tersebut, salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah Seminar Nasional 20 Tahun GPMB. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 5 dan 6 Oktober 2021 secara hibrid, yaitu daring dan luring dengan dukungan dari Perpustakaan Nasional RI. Tema yang dipilih tahun ini adalah Kebhinnekaan Budaya Indonesia, Prestasi Literasi Bangsa.
Deni yang mewakili Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando mengungkapkan, di tengah keterbatasan ketersediaan buku, catatan positif diraih Indonesia pada survei World Reading Habits di tahun 2020 menempati urutan 16 besar dunia sebagai negara dengan intensitas membaca enam jam per minggu. Secara global, 35 persen masyarakat dunia memilih kebiasaan membaca selama pembatasan aktivitas dikarenakan penyebaran virus Corona-19.