UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada 16 Oktober 2021 berusia 59 tahun. Perguruan tinggi Islam tertua di Banten ini terus berbenah untuk melahirkan lulusan yang berkompeten dan kompetitif.
Rangkaian dies natalis tahun ini dilakukan secara sederhana dan terbatas karena masih pandemi. Namun tidak mengurangi esensinya. Sidang Senat Terbuka, Rabu (20/20) yang berlangsung di aula Profesor Dr KH Syadeli Hasan dihadiri anggota Senat Universitas, dosen, pegawai, dan sejumlah rektor perguruan tinggi. Namun terasa spesial karena Menteri BUMN Erick Thohir hadir dan menyampaikan orasi ilmiah. Kemudian pada Sabtu (23/10) menggelar senam bersama dan fun game untuk warga kampus. Agenda lainnya yaitu ziarah ke Banten Lama dan menjadi tuan rumah forum group discussion (FGD) para wakil rektor III bidang kemahasiswaan perguruan tinggi agama Islam negeri seluruh Indonesia.
Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Prof Dr H Wawan Wahyudin M.Pd mengungkapkan, dies natalis ke-59 menjadi momentum untuk terus memotivasi diri dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu berbagai aspek pendidikan dan pelayanan akademik. Seperti memperbaiki sistem tekonologi informasi dalam bidang pengajaran dan pelayanan akademik. Di era digitalisasi, hal itu perlu dilakukan agar tidak tertinggal.
Melakukan pembenahan, lanjut Wawan, tidak sebatas lahiriah, juga batiniah. “Salah satunya melalui pendekatan spiritual. Kami ada program coffee morning yang diawali dengan salat subuh berjamaah setiap hari Jumat.
“Setiap minggu sekali, diawali Jumat (22/10) kemarin saat perayaan Hari Santri. Mahasiswa juga dilibatkan, terutama aktivis di unit kegiatan mahasiswa,” ungkap Wawan usai senam bersama, Sabtu (23/10).
Menurutnya, untuk melakukan perubahan tidak cukup melalui pendekatan pemikiran atau pemahaman, tapi perlu ada sentuhan kalbu atau hati. Cara itu diharapkan dapat melahirkan semangat baru bagi civitas akademika untuk menata kampus ke arah yang lebih baik lagi.
“Peningkatan kesejahteraan juga perlu dilakukan. Apalagi setelah pindah ke kampus dua, fasilitas kampus satu harus diberdayakan untuk menopang hal itu,” ungkap Wawan.
Jika hanya mengandalkan dari SPP dari mahasiswa, lanjut Wawan, sangat sulit. Nilai SPP-nya saja sudah murah dibandingkan kampus lainnya. Walaupun murah, masih banyak yang mengajukan permohonan keringanan.
“Melihat kondisi ini, kadang saya menangis. Jadi ingat anak sendiri. Makanya saya melakukan terobosan untuk mencari beasiswa. Misalnya kerja sama dengan pemerintah daerah. Yang sudah goal dengan Pemkot Cilegon dan Pemkab Pandeglang. Pemerintah daerah memberikan beasiswa sangat berarti. Apalagi untuk rakyatnya sendiri,” ungkap Wawan.
Wawan memastikan pihaknya siap memberikan kontribusi pemikiran dan penelitian bagi pemerintah daerah, Misalnya penelitian tentang Syekh Nawawi Albantani sudah dilakukan oleh dosen.