Tuk berusaha melepaskan cengkeraman tangan Marja. Namun, tangan itu semakin kuat membekapnya hingga membuat Tuk mendorong tubuh Marja sampai terjatuh.
Marja tidak terima dan membalasnya. Tuk kembali menyerang dengan pukulan yang tepat jatuh di hidung pesek Marja.
Meski tubuh Tuk kurus kering tapi dengan bekal jurus silat yang dimiliknya membuat Tuk semakin bergairah untuk bergulat lebih sengit dengan Marja.
Sementara Barjo, Takum dan aku dalam beberapa detik hanya jadi penonton. Kami terperangah karena ini adalah perkelahian antara paman dengan keponakan.
Dengan sigap kami mencoba melerai perkelahian Marja dan Tuk dengan susah payah. Kemudian Barjo memeluk tubuh Tuk.
Sementara Takum dengan sekuat tenaga membekap tubuh gembur Marja. Akhirnya perkelahian usai.
Namun, wajah Marja dan Tuk serupa seringai harimau yang ingin membunuh satu sama lain. Kami pun mulai lelah karena melerai mereka berdua ibarat memisahkan dua monster yang kesetanan.
Kejadian itu akhirnya datang tak terduga. Ketika kami sedang terengah-engah dan kami pikir semua sudah berakhir, Marja tiba-tiba mengambil sebuah kayu bakar sebesar betis orang dewasa yang ada di kolong pos ronda.
Kami lengah, dan buk! Sebuah pukulan keras mengenai kepala Tuk sampai berdarah-darah.
Serang, Maret 2022