RADARBANTEN.CO.ID – Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko menjadi bulan-bulanan netizen. Ia dikecam banyak kalangan terkait status di Facebooknya yang dinilai rasis dan SARA, karena menyinggung manusia gurun.
Bahkan kabarnya Kemendikbudristek akan melakukan evaluasi terhadap posisinya di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Lantas apa tanggapan pria kelahiran Klaten 12 Mei 1969 ini? Berikut klarifikasinya yang dirangkum RADARBANTEN.CO.ID dari berbagai pemberitaan.
Budi Santosa mengatakan, dirinya tidak berniat merendahkan kaum wanita yang berhijab. Tulisan yang dibuat di medsosnya merupakan opini pribadinya. Tak ada kaitannya dengan jabatannya sebagai Rektor ITK Balikpapan.
Budi menegaskan tidak berniat merendahkan wanita yang berjilbab atau diskriminasi. Sama sekali tak ada niat itu. Menurutnya, tulisannya itu juga hanya sebatas opini pribadi dan tak mewakili dirinya sebagai rektor. “Jadi kebetulan saya mewawancarai 12 mahasiswi, kebetulan semuanya enggak pakai kerudung,” kata Budi membela diri.
Status aslinya di Facebook yang terkait dengan jawaban di atas bunyinya begini: “Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.”
Bahkan, Budi berkilah, jika tanggapan berbagai pihak atas statusnya di Facebook sebagai kesalahpahaman. Ia kemudian menerangkan jika yang dimaksud manusia gurun tidak sebagaimana orang-orang yang kepalanya menggunakan tutup, seperti layaknya orang Timur Tengah yang banyak terdapat angin, pasir dan udaranya panas.