SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Banten, Oong Syahroni, menilai sektor pertanian ke depan harus menjadi perhatian Pemprov Banten. Sehingga, alokasi anggaran dan potensi pertanian terkelola dengan baik.
Demikian diungkapkan Oong dalam Forum Rencana Kerja (Renja) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pertanian Provinsi Banten, di Aula Kantor Dinas Pertanian, Kamis 16 Februari 2023.
Kata Oong, Potensi pertanian Banten sangat luar biasa, Banten masuk delapan besar produksi pangan nasional. Komisi II berharap ke depan sektor pertanian harus menjadi perhatian lebih Pemerintah Daerah.
“ABPD Banten untuk sektor pertanian sampai belum rasional karena masih di bawah 5 persen, sedangkan potensi sektor pertanian sangat luar biasa,” ujarnya.
“Minimal untuk membangun sektor pertanian di Banten minimal mengalokasikan 6-7 persen,” tambah Oong.
Kata Oong melalui Renja bersama Dinas Pertanian Provinsi Banten, beberapa kegiatan dievaluasi karena belum maksimal, karena rumus di pertanian, ketika pasar bagus, maka petani ada celah untuk memasarkan hasil pertanian.
“Komoditas pangan strategis kita sudah bagus, tinggal dimaksimalkan lagi,” katanya.
“Kedelai, padi, jagung dan lainnya. Ke depan perkembangan peternakan, sapi, kambing, domba dan kerbau, perlu juga menjadi perhatian,” tambah Oong.
Kemudian, selanjutnya Pemprov bersama Badan Pusat Statistik (BPS) perlu melakukan sinkronisasi karena, areal lahan pertanian saat ini masih belum sinkron.
Kemudian, pihaknya menilai sangat ironis di Banten sampai saat ini belum ada klasifikasi data kelompok petani, dari total kelompok tani sebanyak 9.228 kelompok.
“Kalau kategori telah ditetapkan, pemula, lanjut, madya, utama. Bertujuan agar program yang diberikan terukur,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid mengakui jika persoalan anggaran masih belum sesuai dengan harapan, ke depan dirinya berharap ada peningkatan anggaran untuk memaksimal potensi pertanian.
Terkait dengan sinkronisasi data, dirinya mengaku saat ini pihaknya tengah melakukan sinkronisasi dengan BPS, termasuk pemerintah kabupaten/kota se Provinsi Banten.
Untuk kelompok tani di Banten saat ini ada 9 ribuan kelompok, dan saat ini pihaknya tengah mendesain program kerja dengan meningkatkan kemampuan kelompok tani berdasarkan klasifikasi.
“Paling rendah kelompok tani pemula, ini dominan di Banten hampir 60 persen, sisanya kelompok lanjut, madya, utama,” katanya.
“Kami ingin fokus bagaimana pemula jadi lanjut menjadi madya, dan utama. Dengan kemampuan kelas kelompok meningkat secara otomatis kemampuan skill SDM juga akan meningkat,” tambah Agus.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan, sejalan dengan RKPD tahun 2024, isu strategis sumber daya ekonomi unggulan dan potensial. Sehingga Dinas Pertankan merancang tentang pemantapan daya saing daerah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
“Produksi pertanian yang kami harapkan punya efek terhadap kecukupan pangan, karena sekarang dihadapkan dengan kenyataan data contoh, produksi pangan di BPS surplus tapi harga naik,” katanya.
“Tentunya kami tidak berpikir dalam seperti itu dan sekarang bagaimana Distan berperan fungsi sebagai dinas produksi,” tambah Agus.
Ia menegaskan intinya bagaimana Renja fokus terhadap peningkatan pangan strategis seperti padi, jagung, kedelai kacang tanah diikuti dengan daging merah sapi kerbau unggas.
“Kami tidak berpikir pada distribusi, tapi kami tidak lepas masalah ekosistem produk. Di mana sebuah ekosistem apa yang kami lakukan bersama dengan kabupaten/kota membutuhkan peran ekosistem yang bermain disitu,” katanya.
Kata Agus, ekosistem yang dimaksud yaitu pihak swasta, pemerintah berbentuk BUMN, contohnya Bulog, pemerintah daerah seperti BUMD. Ia berharap, semua produk yang dirancang untuk tahun depan hilirnya ada sebuah ekosistem yang berjalan dengan baik.
“Kalau begitu (sesuai Renja) kami pastikan ada sebuah harga keseimbangan yang normal cadangan pangan yang cukup,” terangnya. (*)
Reporter : Fauzan Dardiri
Editor: Aas Arbi