SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada 2022 menemukan 61 ribu kasus tubercolusis atau TBC di Banten.
Penemuan kasus TBC di Banten itu mencapai 95 persen dari target yang ditetapkan pemerintah pusat sebanyak 65 ribu.
Kepala Dinkes Provinsi Banten dr Ati Pramudji Hastuti mengatakan, untuk pengendalian penyakit menular, daerah diberikan target penemuan kasus agar dapat segera diobati. Sedangkan tingkat penyembuhan kasus TBC di Banten sendiri pada 2022 yakni 90 persen.
Ati menerangkan, aturan mengenai penanganan TBC sudah ada mulai dari pemerintah pusat. Di Banten, ada Instruksi Gubernur Nomor 2 Tahun 2018 tentang Banten Bebas atau Eliminasi TBC.
Selain itu, ada juga pembentukan tim penanggulangan TBC Provinsi Banten melalui Keputusan Gubernur tahun 2022.
“Saat ini, kita juga memproses Peraturan Gubernur terkait penanggulangan TBC dan rencana aksi daerah untuk percepatan eliminasi TBC tahun 2030 nanti,” ujar Ati saat sosialisasi dan pendampingan implementasi Perpres Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC di Provinsi Banten di Le Dian Hotel, Kamis, 13 April 2023.
Ati mengatakan, Banten adalah daerah di Indonesia yang prioritas penanganan TBC. Dari kasus yang ada, tingkat penemuan dan kesembuhannya tinggi.
Untuk itu, dalam tiga tahun berturut-turut, Banten mendapatkan penghargaan kinerja yang terbaik dalam penanganan TBC dari mulai 2020, 2021, dan 2022.
“Arahan dari Menko, Banten harus mampu menjadi yang terbaik sampai 2030 untuk mempertahankan prestasi dalam penemuan kasus dan keberhasilan dalam pengobatan TBC,” tuturnya.
Untuk itu, langkah-langkah yang dilakukan bukan hanya di hilir atau saat pengobatan, tapi juga melalui upaya promotif yang melibatkan seluruh pihak Bahkan untuk menguatkan komitmen sampai pada tingkat desa.
Kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan secara virtual dan diikuti delapan kabupaten/kota sampai tingkat desa di Banten untuk penguatan komitmen.
“Dana desa dilibatkan masuk ke dalam penanggulangan TBC untuk promotif dan preventif,” tegasnya.
Ati mengatakan, sebagai upaya preventif, pihaknya sebanyak-banyaknya menemukan kasus. Keberhasilannya juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari organisasi profesi dan masyarakat.
Ia juga mengaku pihaknya konsen terhadap penularan TBC terhadap anak-anak.
“Bagaimana anak-anak jangan terkena TBC, karena yang terkena TBC rata-rata mengalami gizi buruk dan akhirnya menjadi stunting. Maka dilakukan imunisasi untuk pencegahan,” tegasnya.
Kata dia, karena imunisasi dikuatkan, maka capaian imunisasi di Banten menjadi terbaik se Indonesia. Dalam pengobatan TBC, pihaknya juga terus menguatkan penambahan akses layanan.
“Di mana yang tadinya belum semua faskes melaksanakan diagnosa TBC, sekarang seluruh puskesmas, yakni 251 puskesmas dan seluruh rumah sakit sudah melakukan diagnosa TBC untuk TBC sensitif,” ujar Ati.
Sedangkan TBC resisten obat yang tadinya hanya satu rumah sakit yang bisa diagnosa penyakit tersebut sekarang sudah 47 rumah sakit.
Selain itu, lanjut Ati, tingginya tingkat kesembuhan TBC di Banten juga karena dibantu pendampingan meminum obat, seperti NGO dan LSM, organisasi profesi, serta kader kesehatan.
Lantaran pengobatan TBC sensitif dengan meminum obat yakni selama enam bulan sampai satu tahun. Sedangkan TBC resisten obat memerlukan waktu bertahun-tahun.
“Kalau segera diobati, bisa tidak menularkan dalam dua bulan,” terangnya. Meskipun tidak menularkan tapi harus tetap minum obat selama enam bulan sampai satu tahun tergantung tingkat keparahan penyakit.
“Kita juga menggalakkan terapi pencegahan bagi anggota keluarga terkena TBC. Bagi anggota keluarga yang rawan dikasih terapi, meskipun tidak terkena TBC,” ujar Ati.
Sementara itu, Plh Sekda Banten Virgojanti mengatakan, Dinkes sudah melakukan upaya strategis. Apalagi Kemenko PMK menyebut bahwa Banten termasuk daerah yang cepat dalam penanganan TBC.
“Alhamdulillah kita rangking pertama se Indonesia,” ujarnya.
Kata dia, pihaknya akan terus melakukan upaya penanganan TBC karena 2030 ditargetkan agar Banten eliminasi TBC. Dari tujuh provinsi, Banten menjadi provinsi yang prioritas utama oleh pemerintah pusat untuk melakukan percepatan eliminasi TBC.
“Mudah-mudahan, kalau lihat dari angka rata-rata nasional, kita berada di atas rata-rata nasional capaian kinerjanya. Saya ucapkan terimakasih kepada Pemda, seluruh jajaran Dinkes Provinsi Banten dan kabupaten/kota yang sudah bekerja bersinergi dan berkolaborasi penanganan TBC,” tegas Virgo.
Reporter : Rostinah
Editor: Aas Arbi