SERANG,RADARBANTEN.CO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Serang melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) anggarkan pencegahan stunting hanya sebesar Rp 300 juta saja di tahun 2023.
Diketahui, angka stunting di Kota Serang hingga tahun ini masih cukup tinggi berjumlah 1.030 yang tersebar di_6 kecamatan.
Dari 1.030 tersebut, Kecamatan Taktakan sebanyak 182, Kecamatan Curug 85, Kecamatan Walantaka 99, Kecamatan Kasemen 178, Kecamatan Serang 523, dan Kecamatan Cipocok 23.
Kepala DP3AKB Kota Serang, Anthon Gunawan mengatakan, pencegahan stunting seharusnya dilakukan sejak hendak menikah, hingga usia 2 tahun.
“Stunting ini sejak mau nikah, sejak hamil, sampai menyusui usia 2 tahun, itu kita sudah berjalan,” ujarnya, Minggu 2 Juli 2023.
Pada tahun 2019 angka stunting di Kota Serang sebesar 38,6 persen, kemudian di tahun 2021 turun menjadi_23,4 persen, namun di tahun 2022 kembali terjadi kenaikan sebesar 23,8 persen.
“Kalo lihat jumlah stunting kan turun ya, tapi kalo kenaikan itu kan Prevalensi (jumlah permasalahan stunting pada waktu tertentu), bukan melihat jumlah bayi naik turunnya. Pertama Posyandu, terus sejauh mana kunjungan ke Posyandu. Kunjungan ke posyandu ini kalo dilihat jumlah seharusnya yang datang banyak yang malas datang ke Posyandu,” katanya.
Ia mengatakan, masih banyak masyarakat Kota Serang yang tidak rutin atau belum mengunjungi Posyandu di daerahnya masing-masing.
“Ini perlu kita dorong terus. Jadi perhitungan itu salah satunya kesadaran untuk datang ke Posyandu nya kecil, sehingga prevalensinya cukup tinggi. Jadi sebenarnya kalo melihat bayi stunting turun jauh, harusnya Prevalensi mengikuti. Itu tadi yang survey ini kan beda-beda, mungkin tim A ini melihat dari sisi ini begini, tim yang lain melihat Kota Serang begini,” jelasnya.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini mendapatkan anggaran untuk pencegahan stunting melalui APBD Kota Serang sebesar Rp 300 juta saja.
“Untuk pencegahan stunting DP3AKB dari APBD kurang lebih Rp 300 juta. Untuk saat ini dengan APBD Kota Serang yang terbatas saya rasa itu cukup ideal,” tuturnya.
Dari anggaran Rp 300 juta tersebut tidak seluruhnya dipergunakan untuk pencegahan stunting yang berbentuk Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) saja, namun juga terbagi untuk honor Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).
“Kalo di kita itu pembinaan, terus hampir setengahnya itu untuk honor Rp 112 juta honor untuk ke BKB dan BKR. Jadi yang angka KIE-nya itu ada diangka Rp 170 juta tersebar ke seluruh 6 kecamatan,” ucapnya.
Sebelumnya, Walikota Serang Syafrudin mengatakan, penyebab stunting di Kota Serang tersebut ada dari berbagai faktor, tidak hanya dari makanan saja.
“Penyebab stunting itu bukan hanya karena makanan saja, tapi ada lingkungan, sanitasi, drainase, kekumuhan, air bersih dan sebagainya,” katanya.
Adapun anggaran penanganan stunting Kota Serang di tahun 2023, kata Syafrudin, sebanyak Rp 45 miliar untuk seluruh OPD hingga tingkat kelurahan.
“Dianggarkan untuk penanganan stunting itu sebesar Rp 45 miliar untuk semua OPD sampai tingkat kelurahan di tahun 2023,” tuturnya.
Syafrudin berharap, di tahun 2023 angka stunting di Kota Serang dapat menurun seiring masa jabatannya yang akan berakhir di bulan Desember 2023 mendatang.
“Mudah-mudahan di tahun 2023 ini banyak penurunan karena standar pemerintah itu diangka 24 persen, tapi sebenarnya kita sudah di bawah itu. Kemudian semua OPD bertanggung jawab, karena tidak hanya Dinas Kesehatan saja,” tutupnya.
Reporter: Nahrul Muhilm
Editor : Abdul Rozak