LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID- Stasiun Rangkasbitung atau dalam nama Belanda disebut Rangkasbitoeng Spoor Wegent Diensteen.
Stasiun Rangaskbitung merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Sebagai stasiun terbesar di Banten, setiap hari ini Stasiun Rangkasbitung melayani ribuan penumpang yang hendak berpergian ke luar kota-kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Serang dan kota lainnya.
Perlu diketahui, hingga saat ini Stasiun Rangkasbitung tidak mengalami banyak perubahan karena bangunan merupakan bangunan sejarah atau cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak dan pemerintah pusat.
Berdasarkan sumber Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten pada tahun 2020, Stasiun Rangkasbitung pertama kali dibangun pada tahun 1901 pada masa kolonialisme Belanda.
Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun paling sibuk hingga saat ini. Lokasi Stasiun Rangkasbitung berada di Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung.
Pada masa pendudukan Jepang, Stasiun Rangkasbitung melayani rute hingga ke Kabupaten Pandeglang, melalui Jalur Saketi – Bayah. Saat itu Pembangunan jalur tersebut dilakukan melalui kerja paksa (romusha). Pembangunan jalur dalam memenuhi kebutuhan batubara sebagai sumber energi.
Dari masa lalu hingga kini, Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun dalam mendukung perekonomian masyarakat di Banten. Di masa lalu, stasiun ini merupakan jalur ekonomi untuk mengirimkan hasil industri pertanian dan perkebunan, memerlukan kelancaran arus perputaran transportasi untuk membawa hasil perkebunan dan pertanian ke Batavia yang saat menjadi Jakarta.
Tidak jauh berbeda dengan masa lalu, Stasiun Rangkasbitung masa kini menjadi stasiun tersibuk bagi masyarakat Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan sekitarnya yang hendak berangkat bekerja ke wilayah Jabodetabek.
Dengan perjalanan panjangnya, saat ini Stasiun Rangkasbitung umur bangun 122 tahun atau satu abad lebih. Rencananya tahun 2023 melalui Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) dan Pemkab Lebak akan melakukan pembangunan pada stasiun terbesar di Banten ini.
Pemerhati sejarah, Teguh Setiawan, Stasiun Rangkasbitung salah satu bangunan cagar budaya yang memiliki bobot sejarah yang amat bernilai, tak hanya itu stasiun inilah yang menghubungkan Rangkasbitung-Jakarta,merak hingga ke selatan pada masanya.
“Dan kini stasiun ini sedang dibangun oleh pemerintah daerah, saya menyambut baik usaha pembangunan tersebut namun saya berharap agar nilai keaslian bangunan stasiun Rangkasbitung itu tidak diuubah, biarkan saja keasliannya tetap terjaga agar generasi selanjutnya bisa menikmati keindahan bangunan stasiun ini secara historis,” ujarnya kepada Radar Banten, Minggu, 27 Agustus 2023.
Pria yang juga aktivis Banten Heritage ini berharap agar pihak pemerintah menyediakan ruang khusus semacam museum kecil Stasiun Rangkasbitung di mana di dalamnya termuat foto-foto dan narasi tentang sejarah Stasiun Rangkasbitung.
“Jadi supaya pengunjung dan semua orang bisa mempelajari sejarah stasiun ini dan pengunjung stasiun mendapatkan buku atau pamflet tentang sejarah Stasiun Rangkasbitung,” ucapnya.
Saat ini pembangunan Stasiun Rangkasbitung, baru terlihat pada pelebaran lintasan rel kereta, dan pelebaran area parkir di bagi pengunjung yang datang ke Stasiun Rangkasbitung.
Reporter : Nurandi Editor ; Aas Arbi