CILEGON, RADARBANTEN.CO.ID – Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI, Sugeng Suparwoto menilai, operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Suralaya di Cilegon tidak berkaitan dengan masalah polusi udara yang terjadi di Jakarta.
Menurut Sugeng, tata kelola operasional PLTU Suralaya telah sesuai dengan aturan, sehingga mampu meminimalisir emisi karbon yang dikeluarkan.
”Dari hasil kunjungan (pada Jumat, 1 September) kami melihat pembangkit ini (Suralaya) telah memenuhi kaidah yang diidealkan. Angka emisi masih di bawah standar baku mutu. Kemudian dibuktikan juga dengan adanya penghargaan proper emas dan penghargaan internasional,” kata Sugeng dalam keterangan tertulis, Senin, 4 September 2023.
Usai menerima pemaparan dari manajemen dan ahli dari Institut Teknologi Bandung atau ITB, Sugeng mengatakan bahwa PLTU Suralaya tidak menjadi penyebab utama polusi udara di Jakarta.
Hal itu dibuktikan sejak 29 Agustus 2023, empat unit pembangkit di Suralaya disetop operasinya. Namun, penyetopan itu tak berpengaruh pada polusi udara di Jakarta yang dinilai semakin tinggi.
”Berdasarkan kondisi polusi Jakarta yang belum berubah setelah beberapa hari PLTU Suralaya mengurangi operasinya dan dari paparan yang dilakukan oleh Guru Besar Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Prof. Puji Lestari yang menghitung dampak polusi dari PLTU, dilaporkan bahwa PLTU Suralaya bukan sumber polusi di Jakarta,” ujarnya.
Meskipun demikian, Sugeng menilai, transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission atau NZE 2060 harus terus berjalan demi menghadirkan listrik yang lebih ramah lingkungan.
”Sebagaimana bangsa yang meneken Paris Agreement dan penurunan emisi mencapai NZE di 2060, kita siapkan energi untuk masyarakat guna menumbuhkan ekonomi, namun energinya harus clean dan renewable, ini penting sekali untuk merawat bumi ini agar lestari,” kata dia.
Sementara, Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan, operasional PLTU Suralaya telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan Pemerintah.
Pihaknya, bahkan melakukan pengurangan operasional PLTU saat awal disebut sebagai kontributor polusi udara di Jakarta.
“Sejak 28 Agustus, PLN mengurangi operasional PLTU Suralaya sebanyak empat unit atau sebesar 1.600 Megawatt tapi kita ketahui polusi di Jakarta justru semakin tinggi,” ungkapnya.
Pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya untuk terus menurunkan emisi dari operasional pembangkitnya.
Edwin menjelaskan, PLTU Suralaya telah dilengkapi dengan teknologi Electrostatic Precipitator atau ESP yang akan menyaring debu sisa pembakaran sampai ukuran terkecil di bawah dua micrometer dan Flue Gas Desulphurization atau FGD untuk mengendalikan polutan NOx dan SOx.
”Di sisi pengawasan emisi, PLTU Suralaya telah dilengkapi dengan Continuous Emission Monitoring System untuk memastikan emisi gas buang dari operasional tetap di bawah ambang batas yang ditentukan. Di sini bisa dilihat, PLN menerapkan sistem digital untuk mengelola seluruh pembangkit kami. Monitoring sistem pembangkit membuat operasional semakin efektif dan efisien,” ujar Edwin.
Berkat berbagai upaya tersebut, PLN mendapatkan tujuh penghargaan dalam ASEAN Energy Award 2023 berkat tata kelola operasional pembangkit yang baik, mampu mengurangi emisi, dan menjadi pendorong perekonomian.
Pembangkit lain yang mendapatkan penghargaan serupa ialah PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Paiton, PLTU Jeranjang. dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro atau PLTM Gunung Wugul.
“Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan nasional dan internasional, serta menjadi bukti bahwa dalam menjalankan operasional pembangkit PLN sangat memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan menjalankan seluruh parameter pembangkit yang efisien, andal, dan ramah lingkungan,” tuturnya. (*)
Reporter: Bayu Mulyana
Editor: Agus Priwandono