TANGSEL, RADARBANTEN.CO.ID-Komponen utama dari kendaraan listrik, yakni baterai listrik, yang beredar di pasaran belum seragam dari sisi ukuran jenis dan komponennya. Perlu ada standarisasi baterai listrik di Indonesia.
Founder National Battery Research Institute (NBRI), Profesor Evvy Kartini mengatakan, baterai listrik yang ada di pasaran Indonesia belum seragam, sehingga tiap produk baterai listrik memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.
Menurutnya, standarisasi baterai listrik harus cepat dilakukan agar seluruh jenis kendaraan listrik dapat digunakan di semua kendaraan listrik.
“Kami sudah melakukan studi, dari semua baterai listrik yang dipakai di berbagai kendaraan listrik ternyata baterainya itu tidak ada standarnya. Ada yang ukurannya besar, ada yang sedang. Output spesifikasi kapasitasnya juga berbeda-beda ada yang 60 volt, 48 volt, 72 volt, 62 volt dan sebagainya. Amper hour-nya juga sama, berbeda-beda,” ungkap Evvy usai memberikan studi kepada puluhan perusahaan kendaraan listrik di Puspiptek, Tangsel, Selasa, 26 September 2023.
Menurut Evvy, dengan ramainya jenis dan spesifikasi baterai listrik yang ada di masing-masing kendaraan listrik akan menyulitkan dalam mengembangkan pengisian baterai (charging station) dan SWAP station.
“Setiap pabrikan kendaraan listrik mengeluarkan masing-masing satu jenis baterai, mereka juga harus menyiapkan charging station dan SWAP station. Begitu banyak investasi yang harus mereka kembangkan. Tapi kalau kita buatkan standarisasi baterainya, oke lah baterainya boleh dari mana-mana, tapi ukurannya sama, seperti ATM misalnya, mau ATM-nya dari mana, tapi bisa masuk ke ATM mana saja,” ujar Evvy.
Menurutnya, dengan belum adanya standarisasi baterai listrik di Indonesia, maka konsumen juga dirugikan karena stasiun pengisian baterai saat ini terbatas, hanya dapat digunakan oleh jenis baterai tertentu.
Evvy menambahkan, perusahaan yang menjual kendaraan listrik saat ini masih mengimpor baterai listrik. Baterai listrik yang diimpor itu memilikii jenis dan spesifikasi berbeda antara perusahaan kendaraan listrik.
Perusahaan kendaraan listrik juga tidak mengetahui komponen yang ada di dalam baterai listrik yang diimpor tersebut.
Menurutnya, melalui studi yang dihadirkan NBRI kepada puluhan perusahaan kendaraan listrik, ia ingin memberi ilmu mengenai baterai listrik yang ada di Indonesia saat ini.
“Kita perlu mengedukasi, kita harus memberitahu yang benar masalah baterai listrik ini. Mereka kan baterainya impor, mereka tidak tahu komponen dalamnya, nah mereka harus diberitahu ilmunya,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Desainer Elektrikal Baterai Pack Polytron, Lewi sujatmiko mengatakan, saat ini belum ada standarisasi baterai listrik, sehingga antara pabrikan kendaraan listrik yang satu dengan yang lain memiliki bentuk dan konektor yang berbeda.
Menurutnya, akibat tidak adanya standarisasi tersebut, perusahaannya membuat kendaraan listrik dengan mempermanenkan wadah baterai mereka.
“Kami akhirnya tidak punya pegangan, sehingga kami buat desain baterai tidak bisa dilepas,” ujarnya. (*)
Reporter: Syaiful Adha
Editor: Agus Priwandono