SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Kasus suap menyuap hingga gratifikasi masih menjadi salah satu penyebab paling tertinggi tindakan korupsi hingga saat ini.
Kasus suap menyuap disebut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terjadi diseluruh daerah di Indonesia, terutama dalam mendapatkan pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah.
Direktorat Diklat Anti Korupsi KPK Muhamad Rofie mengatakan, berdasarkan data dari laporan yang diterima oleh KPK, tindak pidana korupsi yang terus meningkat di tahun 2023 yaitu aksi suap menyuap hingga gratifikasi.
Ia menjelaskan, apabila ada potensi kekayaan di daerah, serta proses perizinan yang biasanya ditemukan terjadi kasus suap menyuap.
“Kasus suap menyuap di Indonesia itu yang tertinggi saat ini. Bahkan, tahun 2012 kasus tertinggi berada di pengadaan barang dan jasa. Namun, dengan reformasi yang diberikan kewenangan cukup tinggi dalam melaksanakan pembangunan,” ujar Rofie usai mengisi acara sosialisasi anti korupsi bagi pelaku usaha, media massa, CSO dan masyarakat umum di Horison TC UPI Kota Serang, Kamis 12 Oktober 2023.
Ia menuturkan, tindak pidana korupsi yang umum terjadi di masyarakat Indonesia selain kasus suap menyuap, juga ada gratifikasi kecil-kecilan dengan alasan ucapan tanda terima kasih kepada pegawai pemerintahan yang masih sering terjadi.
“Masih banyak sekali, karena sikap masyarakat masih permisif, sehingga ketika mendapat pelayanan publik mereka memberikan uang terima kasih karena sudah dilayani. Padahal tidak perlu karena pelayanan publik diberikan secara gratis, mereka sudah digaji, jadi tidak perlu diberikan sesuatu lagi,” tuturnya.
Melihat fenomena itu, pihaknya menyiapkan tiga hal yang dilakukan sebagai strategi pemberantasan korupsi di Indonesia. Seperti membuat efek jera dalam penindakan, sehingga orang tersebut takut melakukan korupsi.
Selain itu melakukan upaya pencegahan agar tidak ada yang melakukan korupsi, dengan perbaikan sistem.
“Lalu, membuat orang tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan korupsi, dengan menanamkan karakter atau integritas melalui strategi pendidikan,” katanya.
Reporter; Nahrul Muhilmi
Editor: Abdul Rozak