SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Tiga bulan terakhir, wilayah Provinsi Banten mengalami kekeringan ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino. Bahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten sempat menetapkan status darurat kekeringan.
Namun, fenomena El Nino itu telah berhasil dilewati. Bahan pangan di wilayah Banten masih terjaga dengan aman.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Banten, Agus M Tauchid, mengatakan bahwa dampak fenomena El Nino di Banten terkendali dengan baik. Selama El Nino terjadi, pihaknya mencatat terdapat 4.000 hektare lahan pertanian di Banten yang merasakan dampak fenomena itu, 2.000 di antaranya mengalami gagal panen alias puso.
“Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan fenomena El Nino sebelumnya di tahun 2012 dan 2019 lalu, yang mana pada dua tahun itu angka puso mencapai 10 ribu hektare lebih,” kata Agus M Tauchid, Senin, 13 November 2023.
Agus menuturkan, terkendalinya situasi akibat dampak El Nino itu tidak terlepas dari upaya mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh pihaknya mulai sekolah lapangan iklim yang sudah dilakukan jauh sebelum El Nino, hingga pemberian bantuan pompa air dan sumur bor.
“Untuk Banten ada proses mitigasi yang kita lakukan secara masif, salah satunya dengan menginformasikan prediksi cuaca dari BMKG melalui sekolah iklim yang dilakukan pada bulan Februari lalu. Di sana kita informasikan prediksi cuaca, dan memberikan saran bulan apa saja petani harus mulai melakukan tanam dan panen,” tuturnya.
Agus mengatakan, bantuan sumur bor itu didistribusikan ke wilayah terdampak seperti Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang. Ketiga daerah itu diketahui merupakan setra penghasil padi di Banten.
Pihaknya juga di APBD Perubahan 2023 sudah menganggarkan 10 unit sumur bor yang nantinya akan juga didistribusikan kepada para petani yang membutuhkan.
Menurutnya, setiap sumur bor bisa menjangkau 20 hektare lahan pertanian milik warga. Sehingga, bisa menyelamatkan ratusan hektare tanaman padi dari ancaman puso.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiagakan brigade pompa yang bisa secara mobile memberikan bantuan kepada para petani yang mengalami kekeringan.
“Langkah upaya kita di lapangan terus dilakukan untuk menyelamatkan para petani dari kerugian. Karena petani merupakan pahlawan pangan yang berada di garda terdepan menjaga ketahanan pangan nasional kita,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini tingkat kesejahteraan para petani di Banten mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu diukur melalui nilai tukar petani (NTP), yang mana dalam 10 bulan terakhir ini NTP di Banten berada di atas 100 hingga 188 persen.
“Jika NTP itu di angka 100 persen berarti petani tidak untung, tidak rugi. Kalau di bawah berati tidak untung, nah jika di atas berarti untung. Dan di tahun 2022 kemarin NTP kita yang di angka 100 persen itu hanya pada bulan Januari, Februari, Oktober, dan Desember. Namun di tahun 2023 ini kita sejak bulan Januari hingga Oktober selalu di angka 100 persen,” jelasnya.
“Artinya kesejahteraan para petani di Banten ini meningkat,” sambungnya.
Kondisi pertanian di Banten pasca El Nino, Agus mengatakan, dalam jangka waktu dekat ini akan mulai melakukan gerakan tanam serempak yang direncakan pada Desember 2023.
“Sekarang kita lagi susun dan kita petakan kiranya bagaimana kesiapan di setiap daerah, kita ingin tunjukkan bahwa Banten memiliki peta dan roundown yang jelas dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan menyumbang cadangan beras nasional,” pungkasnya. (*)
Reporter : Yusuf Permana
Editor: Agus Priwandono