LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID- Guru Penggerak merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Tujuan dari program ini adalah, pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Sehingga guru memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Keberadaan guru penggerak yang dibekali segala keahlian dalam meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia sangat dibutuhkan, khususnya pendidikan di daerah salah satunya di Kabupaten Lebak.
Untuk memberikan apresiasi kepada guru penggerak, saat ini banyak alumni dari guru penggerak diangkat menjadi kepala sekolah. Hal tersebut berdasarkan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 sebagai regulasi yang mendukung guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran setelah menyelesaikan pendidikan guru penggerak.
Namun siapa sangka, perjalanan alumni guru penggerak tak semuanya manis. Para guru penggerak memiliki lika-liku dan perjalanan serta perjuangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Lebak.
Perjuangan tak pernah lelah ditunjukkan oleh Rahmat Haidir (46) yang saat ini menjadi Kepala SMAN 4 Pangarangan. Bersama guru lainnya berjuang mengabdi tiada batas untuk mencerdaskan anak bangsa di pelosok Kabupaten Lebak.
SMA 4 Pangarangan yang berada di Desa Sindangratu, Kecamatan Pangarangan, Kabupaten Lebak. Lokasinya memang berada cukup jauh dari pusat kota di Rangkasbitung.
Diungkapkan Rahmat, ia merupakan alumni dari guru penggerak angkatan kedua nasional dari Banten, sekaligus pelopor di Kabupaten Lebak pada tahun 2020.
“Di mana saat itu dibuka, pada masa pandemi. Saya sebagai guru harus terus meningkatkan kompetensi saya. Karena bagaimanapun dunia dan zaman terus berkembang sehingga saya harus membekali diri saya,” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, Sabtu 9 November 2023.
Rahmat menyebutkan, saat itu ia tidak mengetahui bakal diangkat menjadi kepala sekolah pascamengikuti program guru penggerak karena belum ada aturan.
Bahkan berawal menjadi tenaga honorer tahun 2004 hingga diangkat menjadi PNS pada 2009. Ia memiliki keinginan menuntaskan dan menjadikan Lebak sebagai daerah yang maju.
“Saya melihat Lebak pada saat itu dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal, hal itu yang memotivasi saya. Karena Lebak ini sebagai daerah tertinggal, karena sudah tahun 2004 tapi Lebak masih tertinggal saat itu,” ujarnya.
Namun siapa sangka, Rahmat yang berasal dari Kecamatan Cilograng memiliki tantangan yakni mengajak anak-anak di Kabupaten Lebak khususnya kecamatan Pangarangan untuk sekolah.
Keberadaan sekolah yang ada di perkampungan, memberikan tantangan baru baginya. Rahmat bersama guru yang lain kesulitan mencari murid atau siswa di SMAN 4 Pangarangan.
Namun di balik kesulitannya, ia memiliki cara dengan melakukan sosialisasi setiap hari Jumat, yakni mengajak guru untuk salat Jumat bersama masyarakat.
“Terkadang anak-anak lebih memilih bekerja, namun saya terus berjuang dan berusaha dengan berbagai cara, salah satunya dengan terjun ke masyarakat. Kita harus jemput bola, agar anak-anak di sini mau sekolah,” tuturnya.
“Jadi saya sosialisasi ke masyarakat ikut salat Jumat dan izin untuk menyampaikan sosialisasi mengajak para orang tua untuk menyekolahkan anaknya, saya sampaikan juga sekolah ini gratis dan saya berikan baju sekolah gratis juga,” sambungnya.
Saat ini SMAN 4 Pangarangan sudah memiliki 146 siswa dengan enam rombongan belajar (rombel) terdiri dari kelas 10, 11 hingga kelas 12. Dengan jerih payah Rahmat dan dewan guru yang lain akhirnya SMA 4 Pangarangan saat ini menjadi salah satu sekolah yang besar.
Kasi Peningkatan Mutu Dikmas, PAUD, SD dan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Usep Saepul Anwar mengatakan, saat ini Kabupaten Lebak menjadi daerah dengan guru penggerak terbanyak di Banten dengan total 359 orang.
“Kita terbanyak pertama di Provinsi Banten, sampai dengan hari ini. Kalo di level nasional kita masuk lima besar,” katanya saat berada di kantornya.
Disebutkan Usep, saat ini ratusan guru penggerak tersebut sudah diangkat menjadi kepala, namun ada juga alumni guru penggerak yang belum diangkat karena kendala aturan.
“Mereka yang belum diangkat karena masih honor dan juga sebagai PPPK karena saat ini regulasinya belum ada. Makanya kita masih mengangkat kepala sekolah dari non-guru penggerak,” sebut Usep.
Saat ini pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak juga terus berusaha, untuk memberikan tempat kepada guru penggerak. Saat ini kebutuhan kepala sekolah di Lebak sangat tinggi.
“Saat ini kebutuhan untuk kepala sekolah sangat tinggi, kita saat ini sudah menyediakan slot-slot untuk guru penggerak angkatan selanjutnya,” pungkasnya.
Reporter: Nurandi
Editor: Aas Arbi