PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID- Di halaman Markas Kodim 0601 Pandeglang terdapat patung sosok jawara yang sedang mengacungkan golok. Siapakah dia?
Dia adalah Ki Salmin bin Argo Putra, kelahiran Cadasari, Kabupaten Pandeglang. Pada masa penjajahan Belanda, dia memimpin pergerakan untuk menyerang markas Tentara Kerajaan Hindia Belanda, yang kini merupakan Kodim 0601 Pandeglang.
“Nama asli Ki Salmin adalah Salmin Bin Argo, di mana kalau kita melihat beberapa tulisan beliau dilahirkan di Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang pada tahun 1922. Untuk basic Ki Salmin sendiri seorang santri,” kata Dandim 0601/Pandeglang Letnan Kolonel Infanteri Suryanto. Kamis 4 April 2024.
Atas keberaniannya memimpin perlawanan menyerang markas Belanda maka sosok Ki Salmin diabadikan dalam sebuah patung di halaman Kodim 0601 Pandeglang. Patung Ki Salmin saat ini masih berdiri kokoh di halaman depan Kodim 0601 Pandeglang.
Ki Salmin merupakan sosok jawara dan juga santri yang cinta terhadap Tanah Air yang rela mengorbankan nyawanya untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Namun Ki Salmin gugur dalam pertempuran dengan tangan konon masih menggenggam sebilah golok sebagai senjata memerangi tentara Belanda.
Ia menjelaskan, patung di depan Makodim 0601 Pandeglang merupakan patung monumen sosok Ki Salmin. Berdasarkan literatur yang ada dan sejarah singkat yang pernah ia baca, patung Ki Salmin ini menjadi salah satu icon bagi Kabupaten Pandeglang selain dari patung Badak.
Patung Ki Salmin berdiri gagah di atas sebuah tugu. Dengan menggenggam dan mengangkat sebuah golok yang menjadi lambang sebuah perlawanan.
Ki Salmin itu tidak hanya belajar tentang ilmu agama saja tetapi juga belajar berkaitan dengan bela diri pencak silat, dan juga cara bercocok tanam.
“Pada saat penjajahan Belanda mulai di wilayah Pandeglang, Ki Salmin ini mulai terlibat dalam pertempuran demi pertempuran. Untuk merebut kemerdekaan Indonesia di wilayah Pandeglang,” katanya.
Dandim Suryanto mengungkapkan, perjuangan untuk merebut kemerdekaan ini tentunya pada saat itu dimotori oleh para kiai dan ustaz.
“Karena Ki Salmin sendiri basic-nya adalah seorang santri maka beliau sangat taat dan patuh terhadap apa yang disampaikan para kiainya pada saat itu,” katanya.
Tentunya, secara otomatis, Ki Salmin ikut dalam setiap pertempuran, hingga pada 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka.
Pada masa agresi militer Belanda kedua, tahun 1948, di daerah Pandeglang mendapat perlawanan sengit dari masyarakat termasuk dari Ki Salmin.
“Ki Salmin sendiri memimpin pasukan, yang di mana pada saat itu masuk ke tengah kota melalui Kampung Kadomas (Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang). Sasarannya saat itu adalah untuk menghancurkan pabrik-pabrik penggilingan padi yang berisi stok makanan milik Belanda,” katanya.
Dengan menghancurkan pabrik-pabrik penggilingan padi tersebut, khususnya berkaitan dengan sumber logistik daripada pasukan Belanda tentunya pasukan Belanda yang ada di Pandeglang saat itu sempat kocar-kacir.
“Dan tidak mampu menahan serangan daripada pejuang Kemerdekaan di Kabupaten Pandeglang. Dikarenakan bertempur dalam kondisi perut yang lapar,” katanya.
Sayang, kemenangan itu hanya sesaat, karena pada saat pasukan Belanda terdesak datanglah bala bantuan dari Tangsi atau pangkalan-pangkalan militer Belanda yang ada di Rangkasbitung.
“Tidak hanya tambahan pasukan saja, tetapi pesawat tempur Belanda juga menyisir area tertentu yang ada di Kabupaten Pandeglang. Melalui jalur udara,” katanya.
Daerah-daerah yang diperkirakan sebagai markas pejuang langsung di bom oleh pesawat-pesawat tempur pasukan Belanda tanpa ampun. Termasuk juga gudang penggilingan padi saat itu sudah dikuasai oleh Ki Salmin beserta pasukannya yang ada di daerah Kadomas (Kelurahan Kadomas).
“Akibat serangan itu ratusan pejuang kemerdekaan yang ada di Pandeglang gugur, termasuk Ki Salmin,” katanya.
Oleh karena itu tentunya, Dandim Suryanto mengingatkan, masyarakat Pandeglang patut berbangga karena semangat juang Ki Salmin ini sangatlah tinggi.
“Ia tidak pernah menyerah hingga titik darah penghabisan. Hal ini bisa dilihat pada saat itu dari literasi yang ada,” katanya.
Bukti jenazah ditemukan di gudang penggilingan padi yang saat itu ada di Kadomas, sudah dihancurkan oleh bom dari pesawat tempur Belanda dan di tangan Ki Salmin masih tergenggam golok yang dipakai untuk melawan Belanda.
“Nah golok itulah yang konon saat ini digenggam oleh Ki Salmin yang diabadikan menjadi patung yang berada di depan bangunan Makodim 0601 Pandeglang,” katanya.
Reporter : Purnama Irawan