SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Banten, per Februari 2024, menembus 7,02 persen. Angka tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan seluruh provinsi di Indonesia.
Hal itu pun menjadi sorotan bagi Mantan Walikota Tangerang Arief R Wismansyah. Arief mengatakan, masalah pengangguran ini menjadi salah satu visi misinya dalam maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten.
Untuk mengatasi pengangguran, Arief ingin memfungsikan kantor desa atau kelurahan di Banten sebagai Balai Latihan Kerja (BLK).
“Saya ingin menjadikan kantor desa, atau kecamatan sebagai BLK. Jadi tidak lagi terpusat tapi terdesentralisasi di semua wilayah, karena semua masyarakat membutuhkan lapangan kerja,” kata Arief kepada wartawan di DPD Demokrat Banten, Selasa, 21 Mei 2024.
Dengan terdestralisasinya BLK itu, kata Arief, maka akan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) hingga di pelosok daerah. Pengembangan SDM itu tentunya akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja atau pembukaan usaha baru melalui soft skill yang diajarkan dalam BLK tadi.
Jika terpilih menjadi Gubernur Banten, Arief pun berjanji akan memberikan bantuan kepada para lulusan BLK itu berupa bantuan modal usaha.
“Nah ketika masyarakat kita di wilayah ini diberikan skill, mudah-mudahan dia bisa mandiri, dia bisa mengembangkan. Jadi tidak bergantung sama ijazahnya saja, tapi punya keterampilan, kemampuan yang Insyaallah nanti dari provinsi, ketika saya diamanatkan, kita juga bantu lmodal usahanya,” janji Arief.
Selain pengangguran, Arief juga turut memerhatikan peningkatan pelayanan kesehatan juga pendidikan di Banten. Pada sektor pendidikan, Arief ingin menggratiskan jenjang SLTA yang menjadi kewenangan Pemprov Banten.
Dan pada sektor kesehatan, Mantan Walikota Tangerang itu ingin mendekatkan pelayanan kesehatan yang merata hingga ke pelosok daerah di Banten.
“Ini kan akses tenaga kesehatan terbatas, maka ke depan pemerintah harus hadir memberikan insentif kepada tenaga kesehatan agar mereka mau melayani saudara-saudara kita yang di daerah,” pungkasnya. (*)
Editor: Agus Priwandono