SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten melakukan sosialisasi kepada para pengelola atau penanggungjawab surveilans kesehatan ibu dan anak (KIA) serta gizi. Tujuannya adalah agar para petugas meningkatkan kapasitas dan juga kapabilitas dalam menjalankan tugas.
Kepala Dinkes Provinsi Banten dr Ati Pramudji Hastuti mengatakan, pekerjaan rumah ke depan adalah perbaikan gizi masyarakat agar dapat berjalan dengan baik. “Dan sekaligus kita dapat mampu menekan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak,” ujar Ati saat pertemuan sosialisasi surveilans gizi dan KIA di aula kantor Dinkes Provinsi Banten, Selasa, 21 Mei 2024.
Ia mengatakan, dengan surveilans yang aktif, maka masyarakat yang mengalami gangguan dalam status gizi maupun penyakit pada ibu dan anak dapat segera ditemukan. “Dengan ditemukan sedini mungkin, kita dapat cepat menimbulkan ataupun memutuskan daripada rantai yang akan terjadi sehingga tidak menimbulkan sebuah penyakit yang lebih berbahaya dan juga menimbulkan kematian,” tegasnya.
Masalah gizi untuk menjaga tumbuh kembang anak serta KIA menjadi atensi dari Dinkes Banten dalam rangka mencapai generasi emas 2045.
Ati mengatakan, peningkatan kualitas tenaga kesehatan menjadi kunci dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Para surveilans gizi dan KIA perlu ada pedoman untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan terkait dengan pelayanan gizi dan KIA di lapangan.
Dengan demikian, ia berharap dapat menghasilkan data dan informasi untuk mendukung intervensi dan perencanaan yang berkelanjutan program gizi dan KIA. “Yang paling penting dalam kegiatan ini, para tenaga kesehatan di Puskesmas mampu mendeteksi dan mengukur beban masalah gizi dan KIA di populasi,” terangnya.
Kemudian, lanjut Ati, surveilans juga dapat mengetahui faktor risiko, cerminan masalah gizi dan KIA di populasi, dapat memantau masalah gizi dan KIA, mengaktifkan tindakan kesehatan masyarakat yang tepat dalam menanggapi masalah gizi dan KIA, mendeteksi perubahan perilaku dan kesehatan dalam praktik perilaku dan kesehatan, memberikan bukti untuk menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan publik program gizi dan KIA, serta mendukung alokasi sumber daya gizi dan KIA yang efektif.
Selain itu, surveilans juga diharapkan dapat mengetahui efektivitas tindakan pencegahan penanggulangan masalah gizi dan KIA.
Dengan tenaga surveilans yang memiliki kapasitas dan kapabilitas, maka diharapkan kesehatan ibu dan anak di Banten dapat terus meningkat.
Editor : Merwanda