SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Wakil Presiden Republik Indonesia ke-13, Ma’ruf Amin menyebut, peran kiai dalam dunia politik Indonesia, khususnya Banten kian melemah. Padahal, kiai dahulu dianggap memiliki peran penting dalam penyelesaian berbagai permasalahan di Indonesia.
Pada peluncuran buku “Kiaiku Pahlawanku” yang diselenggarakan oleh Komando Resor Militer (Korem) 064/Maulana Yusuf di Keraton Surosowan, Banten Lama, pada Rabu, 6 November 2024, diceritakan bahwa Banten memiliki sejarah penting dalam perjuangan melawan penjajah yang dikomandoi oleh kiai.
Ma’ruf Amin menyebut Sultan Maulana Hasanudin Banten sebagai contoh seorang ulama yang memimpin Kesultanan Banten dinilai pintar dalam politik, ekonomi, hingga kemaritiman saat memimpin Kesultanan Banten pada 1552-1570.
Arah kebijakan strategis saat itu masih dipegang kendali oleh para kiai. Kemudian, dahulu kiai dinilai aktif memberikan masukan dalam penyelesaian berbagai permasalahan penting, di pemerintahan maupun di kehidupan masyarakat.
“Telah hilang kesadaran politik dari kebanyakan ulama. Akibatnya gerakan politik kiai melemah, bahkan juga mati. Telah melemah gerakan politik kiai di dalam tatanan kehidupan dunia politik Indonesia, sudah tidak lagi punya peran politik penting apa-apa,” kata Ma’ruf.
Melemahnya gerakan ataupun peran politik kiai saat ini, dinilai akibat kesadaran politik di kalangan kiai sudah hilang dan tidak punya perhatian.
Ma’ruf menganggap, para kiai saat ini hanya berfikir, politik bukan urusan kiai.
“Bila ada masalah-masalah penting, masalah-masalah strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kiai sudah tidak lagi ikut memikirkan dan tidak ikut mengarahkan. Akhirnya yang mengarahkan siapa? Ya bukan kiai,” ungkap Ma’ruf.
Sehingga, jalannya politik di Indonesia maupun Banten, tidak berdasarkan pada manhaj (jalan) yang berasal dari arahan para kiai, baik soal politik, pembangunan, hingga ekonomi.
“Tapi sekarang tidak, karena kiai tidak punya pengaruh apa-apa, tidak punya peran apa-apa. Sehingga politik, budaya, ekonomi sama sekali tidak lagi tidak pada manhaj-nya kiai. Kiai bukan pahlawan lagi sekarang, dia berada di peran pinggiran,” tegas Ma’ruf.
Ma’ruf mengatakan, itu merupakan kritikan pedasnya kepada para Kiai yang tidak lagi mau ikut memikirkan politiik. “Judul ini kritik pedas buat para Kiai, bagaimana bisa menjadi pahlawan, peran sentralnya sudah hilang daripada Kiai,” ucap Ma’ruf.
Ma’ruf mengapresiasi peluncuran buku “Kiaiku Pahlawanku” yang menceritakan peran sentral dari Sultan Maulana Hasanudin.
“”Kiaiku Pahlawanku” buat saya ini bisa merupakan motivasi kita, terutama para kiai Banten menjadi pahlawan seperti yang dilakukan oleh para kiai terdahulu,” ujar Ma’ruf.
Editor: Agus Priwandono