SERANG,RADARBANTEN.CO.ID-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang menemukan sebanyak 2.061 kasus positif tuberculosis (TBC) di Kabupaten Serang.
Jumlah tersebut didapatkan setelah Dinkes Kabupaten Serang melakukan pemeriksaan terhadap 8.628 orang yang suspek penyakit TBC.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan atau Dinkes Kabupaten Serang, Istianah Hariyanti mengatakan, pada tahun 2025, Dinas Kesehatan memiliki target memeriksa sebanyak 39.996 orang yang terduga mengidap penyakit TBC.
“Nah, cakupan sampai dengan Mei kita sudah memeriksa 8.628 orang. atau sudah 23 persen. Dari jumlah tersebut terkonfirmasi positif ada 2.061 orang,” katanya, kepada Radar Banten, Senin 19 Mei 2025.
Ia mengatakan, dari jumlah tersbut, pihaknya mendapati adanya sebanyak 270 kasus positif pada anak-anak. Selain itu ada pula sebanyak 18 orang positif yang sudah resisten obat sehingga perlu penanganan lanjutan.
“Sementara untuk sisanya sensitif obat sehingga tinggal menjalani pengobatan selama enam bulan,” ujarnya.
Ia mengatakan, penyakit TBC sendiri disebabkan oleh penularan kuman mikrobakterium tuberkulosis yang menyebar dari penderita TBC kepada orang lain yang dapat menular melalui droplate dan kontak erat.
“Ketika masuk ke tubuh manusia akan mengakibatkan tiga hal, ada yang langsung sakit TBC karena daya tahan tubuh lemah, ada infeksi laten tuberkolosis ada infeksi kuman namun belum berkembang menjadi penyakit, ke tiga karena daya tahan tubuh yang kuat maka tetap sehat,” ujarnya.
Selain itu, perokok aktif juga beresiko besar tertular tuberkolosis karena saluran pernapasan yang sudah rusak. “Sudah mengalami proses inflamasi atau peradangan kronis karena paparan asap rokoknya, ya. Jadi ibaratnya itu pintunya sudah dibukain gitu ya, karena sudah lecet jadi kuman gampang masuk,” ujarnya.
Selain itu, orang-orang dengan penyakit HIV/AIDS dan diabetes militus memiliki resiko yang sangat besar terkena TBC. “Kelima adalah anak-anak dan lansia. Nah, dua ini juga resiko karena daya imunitasnya yang rendah,” ujarnya.
Sementara itu untuk mereka yang mengalami resisten obat, nantinya harus menjalani proses pengobatan yang berbeda. Mereka harus menjalani pengobatan di RSDP Serang.
“Kita sedang motivasi rumah sakit lain untuk juga buka layanan RU. Sekarang sudah terapi oral. Nah, terapi oral itu kalau dulu ada sampai 2 tahun, tapi sekarang sudah ada metode baru jadi cukup dengan 6 bulan terapi dengan jenis obat yang terbaru,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi kasus TBC semakin meluas, pihaknya melakukan upaya-upaya pencegahan dengan melakukan Terapi Pencegahan Tuberkolosis (TPT) pada kontak serumah.
“Sasarannya adalah orang-orang yang kontak serumah atau kontak erat dengan pasien tuberkulosis tapi dia tidak menunjukkan gejala. Jadi dalam tubuhnya itu sudah terpapar kuman, namun belum menunjukan gejala sakit TBC. Jadi sewaktu-waktu kalau daya tahan tubuhnya turun atau kondisi tertentu dia bisa menjadi aktif kumannya,” ujarnya.
Hingga bulan Mei, sudah ada sebanyak 742 orang yang diberikan TPT unruk mencegah sakit TBC.
Selajutnya pihaknya juga terus melakukan upaya sosialisasi mengenai bahaya penyakit tuberkolosis dan penularaanya yang cepat seperti halnya Covid-19.
“Sehingga semua orang harus melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat ya, kalau di tempat kerumunan yang umum atau di tempat yang berisiko seperti rumah sakit, pakailah masker, cuci tangan, pakai sabun dan air mengalir,” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Agung S Pambudi