LEBAK – Sejumlah aktivis mahasiswa pencinta alam (PALAPA) La Tansa Mashiro melakukan aksi pungut sampah di lokasi car free day (CFD), tepatnya di sekitaran Alun-alun Rangkasbitung, Minggu (13/10).
Para mahasiswa ini mengaku prihatin kesadaran masyarakat buang sampah pada tempatnya masih rendah, sehingga sampah berserakan di mana-mana.
Ketua PALAPA La Tansa Mashiro Fajri mengaku, program pungut sampah dengan tema CFD Bebas Sampah rutin dilaksanakan aktivis mahasiswa pecinta alam.
Organisasinya, kata dia, tidak ingin, lingkungan Alun-alun Rangkasbitung sebagai pusat keramaian kotor dan kumuh oleh sampah. Jika dibiarkan maka akan merugikan pemerintah daerah dan masyarakat.
“Kami tentu prihatin dengan banyaknya sampah berserakan di lokasi CFD. Ini menunjukkan kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya masih rendah,” kata Fajri kepada Radar Banten, Minggu (13/10).
Untuk itu, mahasiswa pecinta alam akan terus menggelar aksi pungut sampah dan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan bagi masyarakat.
Upaya ini, kata Fajri, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat membuang sampah pada tempatnya.
“Pemerintah daerah pun tidak boleh bosan untuk mengingatkan masyarakat agar tidak sembarang membuang sampah. Jika dibutuhkan, buat aturan pelarangan buang sampah di sembarang tempat,” katanya.
Apabila masih ada warga yang melakukan pelanggaran, lanjut dia, maka harus diberikan sanksi tegas. Karena itu, regulasinya harus dibuat terlebih dahulu agar proses pemberian sanksi atau denda ada dasar hukumnya.
“Kami dari mahasiswa pecinta alam bangga ketika Bupati Lebak menerima penghargaan Adipura. Tapi ketika melihat perilaku masyarakat, kami bersedih. Masyarakat mestinya ikut mendukung Bupati agar dapat mempertahankan Adipura,” katanya.
Fajri menginformasikan, beberapa jenis sampah yang berserakan di lokasi CFD, antara lain, sampah sedotan, puntung rokok, plastik, dan botol plastik. Dari hasil keliling lokasi CFD, berhasil dikumpulkan sepuluh plastik sampah ukuran besar.
“PALAPA mengajak masyarakat Lebak, khususnya warga Rangkasbitung untuk meningkatkan kesadaran diri dalam menjaga lingkungan sekitar, sehingga lingkungan kita bebas sampah,” katanya.
Fery, aktivis PALAPA lainnya mengatakan, pemerintah daerah sudah menyediakan tempat sampah di sekitaran Alun-alun Rangkasbitung. Tempat sampah tersebut seharusnya dimanfaatkan masyarakat untuk membuang sampah.
Jangan sampai, kata dia, tempat sampah itu hanya jadi pajangan, sedangkan sampah sisa makanan dibuang di sembarang tempat.
“Persoalan sampah memang tidak akan pernah selesai. Walaupun Lebak meraih Adipura. Tapi, kita semua harus berupaya menerapkan budaya hidup bersih dan sehat. Jangan sampai keberadaan sampah merugikan kita semua di kemudian hari,” katanya. (tur/zis)