TANGERANG – Sebanyak 20 orang tuasiswa yang tinggal di RW 04 dan 05, Kelurahan Panungganganutara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang mendatangi SMKN 5 Tangerang, Jumat (28/7). Mereka menuding pihak sekolah tidak fair (baca; curang) dan tak transparan dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB), beberapa waktu lalu.
Awalnya, orangtua siswa yang tinggal dekat sekolah tersebut, sudah mencoba sabar. Namun, pihak sekolah tidak juga merespons keinginan warga. Akibatnya, sebanyak 50 lulusan SMP di sekitar SMKN 5 tak bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang lebih tinggi karena tidak diterima di sekolah tersebut.
Salah seorang warga Tia Sutisna mengaku, anaknya terpaksa tidak melanjutkan sekolah pascalulus SMP. Mau ke sekolah swasta, tak punya uang. Makanya, dia mengandalkan sekolah negeri, supaya anak tetap bisa bersekolah. ”Sebab, banyak siswa yang diterima dari luar wilayah Pinang. Sedangkan siswa yang asli daerah Pinang malah sedikit, hanya sekitar 16 orang,” kata Tia Sutisna, Jumat (28/7).
Sekadar diketahui, SMKN 5 Tangerang ini merupakan sekolah kejuruan yang berada di Kecamatan Pinang. Terdapat tiga program studi yakni Teknik Kom- puter Jaringan (TKJ), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Multimedia (MM), dan Administrasi Perkantoran (AP).
Sementara, Uti Sayuti juga sempat melampiaskan kekesalannya. Dia mencoba menutup pintu pagar sekolah tersebut. Dan meminta siswa untuk pulang. Ia terlihat begitu kesal. Warga sekitar, banyak yang tak diterima. Ter- masuk anaknya sendiri. ”Saya sungguh jelas kecewa. Banyak anak-anak sini, yang terancam putus sekolah,” cetusnya.
Ia mempertanyakan program pemerintah daerah yang peduli pendidikan. Faktanya, hanya omong kosong. Dirinya juga sedih dan tak tega, banyak orangtua siswa dan anaknya menangis menga-du nasib atas pendidikan putra-putrinya.
Kepala SMKN 5 Tangerang Nurhali menyatakan pihaknya akan mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa yang protes. Pihaknya sudah melakukan penerimaan sesuai aturan. ”Kalau memang masih kurang persentase siswa yang diterima RW 04 dan 05 berapa jumlahnya yang diterima. Kalau kurang kami akan selip-selipkan siswanya. Tapi kalau sudah penuh, mau bagaimana lagi,” jelasnya. (Wahyu)